“Apa yang di sisimu akan
lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qur’an, An Nahl [16]:96)
Besar kecilnya nilai pahala atau dosa dari suatu
perbuatan, yang tampaknya serupa, belum tentu sama.
Dan tak ada satu orang pun yang tahu.
Dan tak ada satu orang pun yang tahu.
Banyak faktor yang menyebabkan besar kecilnya nilai pahala atau dosa
suatu perbuatan.
Di antaranya, niat dan kadar keikhlasan yang mendasarinya; terpaksa atau tidak terpaksa, sengaja dan tidak sengaja, tahu dan tidak tahu hukum dari perbuatan itu (kadar akal dan ilmunya).
Di antaranya, niat dan kadar keikhlasan yang mendasarinya; terpaksa atau tidak terpaksa, sengaja dan tidak sengaja, tahu dan tidak tahu hukum dari perbuatan itu (kadar akal dan ilmunya).
Yang jelas, karena
berkaitan juga dengan amalan batin, nilai sebuah amal tidak hanya ditentukan
oleh bentuk pengerjaannya secara lahiriah.
Karenanya, kita tidak perlu menilai kesempurnaan sebuah ibadah atau ritus ibadat yang dilakukan oleh orang lain.
Karenanya, kita tidak perlu menilai kesempurnaan sebuah ibadah atau ritus ibadat yang dilakukan oleh orang lain.
Dalam kehidupan nyata, ada petani biasa yang berhasil meraih kekayaan
melebihi seorang insinyur pertanian.
Jadi bukan hal yang mustahil, di akhirat
nanti, seorang Muslim awam dapat meraih hasil lebih memuaskan ketimbang orang
yang merasa dirinya sebagai tokoh agama.
Karenanya, tidak perlu sombong; orang yang kita anggap remeh di dunia, bisa jadi di akhirat ia akan berada di surga yang lebih tinggi dari pada kita.
Lagi pula, ketika
keberuntungan duniawi datang kepada kita, belum tentu berupa balasan dari
kebaikan yang kita pernah lakukan.
Bisa jadi, keberuntungan itu datang karena
doa orang lain atau doa orang tua kita yang dikabulkan Allah untuk kebaikan
kita.
Atau, keberuntungan itu semata-mata Allah sedang menguji kita.
Jadi tak perlu sombong.
Catatan:
- Kita biasanya selalu punya alasan untuk membela kekurangan atau hal negatip yang kita lakukan. Tapi kita lebih sering menutup mata akan argumentasi orang lain, hanya karena ia berada pada jalur yang berseberangan dengan kita. Dan bukan karena pertimbangan benar atau salah.
- Tidak sedikit orang yang fasih berbicara tentang kebajikan; tapi jangankan melayani orang lain, memberi jalan (memberi kesempatan) kepada orang lain yang hendak lewat saja tidak mau.
- Salah satu ciri mulianya akhlak seseorang bisa dinilai dari sikap rendah hatinya kepada orang lain. Karenanya, di hadapan siapapun setiap Muslim harus selalu berusaha untuk tidak sombong, sebab orang lain itu bisa saja mempunyai satu kelebihan yang kita tidak memilikinya.
- Menurut hadits, tidak diperkenankan seorang Muslim memutuskan hubungan dan tak bertegur sapa dengan saudaranya sesama Muslim lebih dari tiga hari. Namun, ada kalanya dan lebih sering, anjuran serupa itu amat sulit untuk dilaksanakan oleh kita-kita yang orang awam biasa.
(Alfa Qr)
TULISAN DI BLOG BEBAS MERDEKA PISAN INI, BEBAS UNTUK DICOPY, DIPRINT, DIBAGIKAN, DAN DISEBARLUASKAN..
1 komentar:
Seringkali kita tidak suka kepada seseorang karena melihat sifat buruknya; PADAHAL tanpa sadar sifat buruk serupa itu kadang ADA pada diri kita juga…
Semoga Allah Swt senantiasa memberi bimbingan, hidayah serta berkah Nya kepada kita semua ...
Posting Komentar