BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Kamis, 23 Februari 2012

Perihal perbudakan dan pernikahan

Perbudakan pada saat risalah Islam diturunkan, begitu pun saat risalah Yahudi dan Nasrani diturunkan, sudah ada dan merupakan sesuatu yang umum; sesuatu yang wajar dan menjadi satu kebiasaan yang diperbolehkan hukum.
Di dalam kitab Perjanjian Lama pun, untuk zamannya, perbudakan merupakan sesuatu yang wajar. Risalah Allah (Yahudi, Nasrani, Islam) tidak mengajarkan apalagi memerintahkan perbudakan.
Usaha menghapus perbudakan sudah dipraktekkan Islam lebih dari duabelas abad sebelum Lincoln [1] melakukannya. 
Bedanya, dalam Islam pelaksanaannya tanpa menimbulkan kekerasan. Artinya, sesuai situasi dan kondisi waktu itu, Islam berusaha menghapus perbudakan secara halus dan bertahap.
Islam tidak memerangi pemilik budak dengan kekerasan, melainkan dengan ajaran yang menyentuh lubuk hati si pemilik budak, sehingga ia membebaskan budaknya tanpa paksaan.

Harap dicatat, membicarakan masalah remeh-temeh yang sudah tak ada kaitan manfaatnya dengan zaman sekarang adalah perbuatan mubazir.
Sesuai keinginan Islam, perbudakan (dalam arti seseorang dimiliki sebagai budak belian oleh orang lain) di zaman ini di negara mana pun sudah dilarang.
Orang yang membuang-buang waktu untuk mengungkit-ungkit masalah perbudakan, apalagi mengembalikan adanya perbudakan, adalah orang yang selayaknya tidak dilahirkan di zaman ini.










PERIHAL PERNIKAHAN DAN KELUARGA

Anak-anak Nabi Adam Alaihis Salam (bisa jadi juga cucu-cucunya dan buyut-buyutnya), menikah di antara kakak-adik sendiri. Perbuatan tersebut dibenarkan untuk masanya; namun tidak layak jika dinilai atau diperbandingkan dengan situasi sekarang.

Dalam Perjanjian Lama dikisahkan, Nabi Daud As. memiliki seratus isteri; sementara Sulaiman As. selain memiliki tujuhratus isteri juga memiliki tigaratus gundik. Bukankah itu wajar pada zamannya?

Anehnya, orang yang suka mencari-cari kejelekan mencela Nabi Muhammad Saw yang hanya memiliki sembilan isteri (semuanya sebelas, sembilan itu tak termasuk yang sudah wafat), tapi tidak mencela perilaku Daud dan Sulaiman tersebut. Atau hanya karena merasa turunan Daud dan Sulaiman, lantas enggan jika mencela kakek moyangnya?









PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Harap dicatat, beristeri banyak bukanlah warisan Islam.
Islam tidak pernah mewajibkan poligami. Tatkala Islam datang, beristeri banyak merupakan suatu hal yang tidak aneh dan dinilai suatu hal yang lazim; baik jumlah isterinya, umur isterinya maupun hubungan kekerabatannya.
Karenanya, pernikahan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan banyak isteri atau menikahi wanita yang masih muda, adalah sesuai dengan situasi dan kondisi masanya.
Amat tidak jujur jika menilainya atau membandingkannya dengan sikon zaman sekarang. [2]


Perlu diketahui, Nabi Saw menjalani kehidupan rumah tangganya selama duapuluh tiga tahun dengan istri pertamanya, Siti Khadijah Radhiyallahu Anha, hanyalah dengan satu istri (monogami).
Begitupun setelah Khadijah wafat, Nabi menduda dan mengurus putri-putrinya [3] selama hampir lima tahun seorang diri; dan tidak langsung menikah lagi.
Jelas, suatu hal yang mengada-ada menuduh Nabi yang mulia ini sebagai orang yang mengekang, melecehkan atau merendahkan derajat perempuan. [4]


Pernikahan Nabi Saw berikutnya --seperti juga pernikahan putri-putri Nabi dengan beberapa Sahabat Ra-- lebih disebabkan beberapa motivasi.
Selain meringankan beban janda yang suaminya wafat dalam menegakkan agama dan membatalkan kebiasaan di masa jahiliyah, pernikahan Nabi lebih dimotivasi sebagai pengikat tali kekerabatan di antara pemuka suku atau golongan; terutama dari pihak yang pernah dikalahkan. Sehingga rasa permusuhan tergantikan oleh rasa kesetaraan dan kesetiakawanan. [5]



Alfa Qr



[1] Abraham Lincoln --yang termasyhur dengan ucapannya bahwa pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat tak akan terhapus dari muka bumi ini-- adalah presiden Amerika Serikat ke 16.
Pidatonya di Gettysburg yang berisi pesan untuk melupakan perbedaan masa lalu, membalut luka-luka bangsa akibat perang saudara, menyongsong masa depan dalam kebersamaan dan kesetaraan, telah menunjukkan dirinya sebagai seorang humanis besar. Tidak berlebihan, jika mendalami kehidupan Lincoln --masa kanak-kanaknya yang dililit kesulitan, keberhasilan di masa tuanya, dan keteguhan sikapnya-- sama dengan mempelajari semangat Amerika yang sebenarnya.

[2]  Semua anak Abu Bakar ra lahir sebelum Abu Bakar masuk Islam di tahun  610 M. 
Menurut sebagian besar ahli sejarah, Asma ra, saudara tertua dari Aisyah ra berselisih usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun di tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 tahun ketika hijrah (tahun 622M). Jika Asma berusia 27 tahun ketika hijrah, usia Aisyah saat hijrah seharusnya berusia 17 tahun; dan saat menikah 18 tahun (623M).  
Kisah usia Aisyah masih 8 tahun saat dinikahi Nabi Saw jelas meragukan, karena bersumber hanya dari Hisham ibnu Urwah (yang tidak menyaksikan pernikahan tersebut dan hanya mendengar dari ayahnya).
Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Irak, di mana Hisham tinggal di sana setelah  pindah dari Madinah ke Irak pada usia tua dan mulai pikun.. 

[3]  Dari Siti Khadijah ra, Nabi Saw mempunyai empat anak perempuan (Zainab, Ruqayyah, Ummi Kulsum dan Fatimah ra) dan dua anak laki-laki (Qasim dan Abdullah).
Sedangkan dari isterinya yang bernama Siti Mariah ra, seorang hamba yang diterima Nabi Saw dari Mukaukis (seorang gubernur Bizantine di Kopti, Mesir), Nabi Saw mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim yang wafat sebelum berusia dua tahun.

[4]  Sesungguhnya, dalam ajaran Kristen, wanita harus berkelakuan yang baik; harus berdiam diri dan harus patuh kepada laki-laki. 
Wanita Kristen harus berdandan yang pantas, sopan dan sederhana; rambutnya tidak boleh dikepang atau dimodel-model; DILARANG memakai emas, mutiara, dan berbusana yang mahal. Wanita TIDAK diijinkan mengajar dan memerintah laki-laki (lihat di Injil, surat Paulus pertama kepada Timotius, pasal 2). 
Sayangnya, realitanya, tuntunan ini sering tidak dipatuhi.

[5]  Perlu diketahui, asbab nuzul atau penyebab turunnya ayat poligami (Qur’an, An Nisa [4]: 3) adalah anjuran untuk merawat anak yatim. 

Tidak ada komentar: