BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Kamis, 23 Februari 2012

Ketidaktepatan penyampaian


Kenyataannya, ada perilaku Muslim yang menjauh dari tuntunan agama yang benar. 
Yang cuek, yang bermasa bodoh. 
Yang menyimpang, yang jauh dari akhlak mulia, yang perilakunya tidak sesuai dengan yang dituntunkan Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Tidak sedikit Muslim yang tidak mendirikan salat wajib dan tidak melaksanakan saum Ramadhan; yang untuk menunjukkan kemuslimannya mereka hanyalah melakukan salat Idul Fitri atau salat Idul Adha saja.

Sebaliknya, mereka justru melakukan amalan yang tidak diwajibkan Islam; malah melakukan kemusyrikan, seperti berziarah ke tempat (yang dianggap) keramat, memuja kuburan, atau percaya kepada ramalan dukun.

Namun, walau pada kenyataannya mereka salah kaprah, tak bisa dipungkiri di antara mereka ada yang masih memiliki kecintaan kepada Islam, khususnya kepada Nabi Saw
Ini bisa dilihat dari seringnya terlontar bacaan atau puji-pujian untuk Nabi Saw





BEBERAPA PENYEBAB MUNCULNYA KETIDAKBENARAN
  • Adanya penyampai agama yang tidak tepat sasaran dalam menyampaikan dakwahnya. Seperti diwanti-wanti agama, tidak sedikit orang yang merasa berbuat baik tapi yang terjadi justru hal yang sebaliknya...
  • Ada orang yang benar agamanya (artinya mengikuti Qur’an dan sunnah dengan benar), namun dalam penyampaiannya keras tanpa memperhitungkan faktor psikologis pendengarnya. Dampaknya kebenaran tidak sampai, yang muncul justru ketidaksukaan. Parahnya lagi, si pendengar justru menilai ajaran si Da’i, yang sebetulnya benar, sebagai tidak betul.
  • Ada pendakwah yang membebankan perkara-perkara sunat sehingga menyerupai wajib. Orang ini, yang punya banyak waktu membaca buku agama, dan memang bidangnya, tak memperhitungkan situasi dan kondisi yang berbeda antara dirinya dengan si pendengar. Padahal kebanyakan pendengarnya adalah orang-orang awam biasa yang lebih disibukan dengan mencari nafkah; yang sudah terbiasa melihat gemerlapnya hiburan dan  kecanggihan teknologi duniawi.
  • Adanya orang alim, yang merasa hebat dalam beragamanya, justru menjauh dari orang-orang awam yang dianggapnya tidak selevel dengannya. Kebanyakan orang yang diberinya dakwah justru orang-orang yang ‘agak beres’ atau malah yang sebenarnya ‘sudah beres’. Sedikit sekali yang mau terjun langsung merangkul dan memberi perhatian kepada gelandangan, tukang minta-minta dan tukang mabuk-mabukan. Padahal mereka inilah yang sebenarnya lebih membutuhkan ‘pertolongan’.     Bagaimana mungkin mereka bisa jadi baik jika tidak ada yang mendekati dan bergaul dengan mereka. Kalau hanya sekadar mengajak atau menasihati tanpa ada kedekatan batin, rasanya sebuah nasihat akan sulit terwujud, malah mungkin akan melahirkan sikap sinis.
  • Ada pendakwah yang penyampaiannya lemah lembut, yang memikat setiap pendengarnya. Sayangnya ia termasuk yang fanatik buta, ajaran agamanya semata-mata seperti yang ia terima tanpa merasa perlu mengkaji ulang lagi. Akibatnya, ajarannya yang tidak betul justru diterima si pendengar karena dinilainya benar.     Kasusnya sama dengan Muslim yang meninggalkan agamanya karena tertipu oleh rayuan lembut penyampai agama lain; atau semata-mata tertarik karena kemudahan dan kelemahlembutan ajarannya. Dan bukan karena kebenaran ajaran agama tersebut.
  • Ada orang yang yang memudahkan bagi pendengarnya, tapi tidak benar ajarannya. Contohnya, manusia cukup tidak berbuat jahat kepada orang lain. Yang penting tujuan agama begitu (katanya). Mabuk tidak apa-apa asal tidak mengganggu orang lain. Melacur tidak apa-apa yang penting resiko rumah tangga terpenuhi. Dan lain-lain keanehan yang tidak masuk akal orang yang sehat.










MENJELASKAN DENGAN BENAR

Sebelumnya kita ingatkan pada saudara-saudara kita Muslim yang awam, bahwa kewajiban yang mesti dilaksanakan seorang Muslim tidaklah seberat yang dibayangkan.

Sebagai contoh, Muslim yang sedang berbelanja ketika saat magrib tiba, tak perlu terburu-buru pulang untuk shalat magrib; atau mencari-cari mushala. 

Ia bisa solat Magrib dengan menjamanya dengan solat Isya nanti

Hanya saja, jangan tiap hari berbelanja di saat magrib; artinya, jangan tiap hari menjama sholat. 

Sesungguhnyalah, Islam itu mudah dan ringan!



Kewajiban menjadi kelihatan berat karena ada perkara yang sebetulnya tidak wajib, jadi hanya sekadar keutamaan, tapi seakan-akan menjadi wajib dikerjakan

Malah ada yang bukan saja tidak wajib, tapi terlarang untuk mengerjakannya; karena tak ada contohnya peribadatan serupa itu dilakukan Nabi. 

Seperti kebiasaan membakar dupa setiap malam Jumat; atau bertapa di tempat keramat; atau memberi sesaji untuk arwah.


Padahal, harap dicamkan, siapapun yang sengaja membukakan jalan ke arah keburukan hakekatnya ia pengikut setan laknatullah.





 Catatan:
  • Ada dua sebab mengapa seseorang tidak mau minum obat; karena ia tidak yakin obat tersebut akan menyembuhkan, atau karena obat itu pahit. Begitupun dengan solat. Seorang muslim tidak solat karena ia tidak yakin bahwa solat itu bermanfaat, atau karena ia merasa diperberat dalam mendirikannya. Karenanya, jangan memperberat; jangan mempersulit.
  • Satu sikap yang berlebihan bila kita mengharap, dalam waktu yang singkat, ada perubahan drastis dari seorang yang tidak melaksanakan solat menjadi orang yang taat mendirikan solat. Hendaknya dimaklumi, kebanyakan orang membutuhkan masa transisi sebelum betul-betul mampu merubah kebiasaan buruknya.


(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: