BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Sabtu, 25 Februari 2012

Lahir dan mati


Ruh merupakan sesuatu yang suci. 
Karenanya, setiap Muslim harus meyakini bahwa setiap anak yang lahir ke dunia dalam keadaan bersih.  
Kita tidak perlu mempermasalahkan sebab apa, siapa, dan kenapanya; anak pejabat maupun penjahat. 
Di dalam ajaran Islam semua anak dilahirkan tanpa punya hutang; baik hutang biaya persalinan ataupun hutang dosa.


Ketika dilahirkan, seorang anak tidak dipastikan untuk jadi orang baik atau orang jahat. 
Orangtuanyalah yang akan dan ikut mengarahkannya ke jalan yang benar atau ke jalan yang salah, ke arah kebaikan atau ke arah keburukan. 
Karenanya, anak kandung berhak menuntut orangtuanya nanti di akhirat, bila ia merasa dijerumuskan ke dalam ketidakbaikan.

Sebaliknya, sebagai kompensasi dari hak anak menuntut kita kelak di akhirat, kita diberi hak memukul anak kandung kita agar ia menjadi orang yang baik. 


Tapi kepada anak tetangga, kita tidak diberi hak untuk memukulnya; karena anak tetangga kita itu tidak punya hak menuntut kita di akhirat bila ia dijebloskan ke neraka. 

Kewajiban kita kepada anak tetangga kita, cukuplah menasihatinya dengan cara yang santun. 
Tidak lebih.






INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN

Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepadaNya kita kembali.

Realitanya, seperti juga tidak tiap orang jahat mati karena kecelakaan, tidak tiap orang soleh wafat di ranjang. 
Karenanya, kita tidak boleh menghubung-hubungkan kematian seseorang dengan sesuatu yang tidak ada keterangannya dari Allah. 

Sebagai Muslim, kita hanya wajib meyakini bahwa semua kematian yang terjadi itu tak terlepas dari sifat Allah Yang Mahakuasa Yang Mahabijaksana. 


Yang pasti, setiap manusia diberi hak kembali ke akhirat. 
Hanya saja, Allah tidak terikat menentukan waktunya.

Dari sebab itu, orang yang bunuh diri adalah orang yang mau mengambil haknya sebelum Allah memberikannya. 
Amat pantas jika Allah tidak menyukai perbuatan ini, baik bunuh dirinya berhasil ataupun tidak.

“Seorang lelaki terluka dan bunuh diri, maka Allah berkata, ‘Hamba Ku mendahului Ku dengan membunuh dirinya sendiri, maka Aku haramkan surga untuknya’.”  (HR. Bukhari)

Mesti dicamkan, pemahaman bahwa Tuhan berkehendak dalam tiap perkara, mestilah diletakkan pada tempatnya secara proporsional
Orang yang menusukkan pisau ke perutnya dengan maksud bunuh diri, maka menusukkan pisau itu merupakan niat dan perbuatan orang itu sendiri.
Mustahil perbuatan itu ditimpakan kepada Allah, sebab Allah mengharamkan perbuatan bunuh diri. 

Sedangkan akibat dari tindakan bunuh diri, mati atau tidak mati, merupakan 'kehendak' Allah dalam membiarkan atau mencegah suatu perbuatan itu berhasil atau tidak.

Ada sebab (faktor X), yang pasti adil, yang membuat Allah berkehendak membiarkan atau mencegah suatu perkara terjadi.








UMUR MANUSIA DAN KEMAHAADILAN ALLAH

Ada anak yang dilahirkan berpenyakit, dengan kepala yang terus membesar, dan tidak berusia panjang.
Sementara ada anak lain yang dilahirkan sehat penuh gizi, dan menjadi gadis remaja yang cantik.

Mata zahir kita melihatnya seperti ketidakadilan
Namun mata batin yang penuh perenungan menemukan keyakinan akan keberadaan maksud-maksud Allah yang penuh rahasia.

Bisa saja kelak di akhirat, si gadis cantik   --yang dicampakkan ke dalam neraka, karena terjerumus pada kehinaan saat di dunia--   bertanya kepada Allah, mengapa ia tidak diwafatkan saja di saat bayi seperti si kepala besar yang ternyata mendapat kemuliaan di surgaNya.  
Allahu Akbar.


Jelas, lahir dan mati adalah rahasia Allah semata-mata. 
Sebagai muslim awam, kita tak perlu bertanya apa, kenapa, atau bagaimananya. 

Kita tak punya hak memaksa Allah untuk memberikan penjelasan yang detil.






RENUNGKAN SEBELUM AJAL MENJEMPUT

Perjalanan hidup setiap makhluk sulit diprediksi dan sering tak bisa dipahami. 

Realitanya, serupa dengan ketidakpuasan Musa As yang tidak paham dengan apa yang dilakukan Khidhir As, tidak sedikit orang yang bimbang akan kebenaran Islam disebabkan penjelasan tentang agama tersebut tidak memuaskan hatinya. 

Pertanyaannya, sampai kapan penjelasan yang memuaskan itu ditunggu kehadirannya, dan harus seperti apa?

Apa kesadaran tentang kebenaran Islam dan pemahamannya yang lurus itu harus baru muncul ketika kematian sudah di ambang pintu?

Renungkan, jangan terlambat

Jika sudah ada di sana, kita tak punya kesempatan kembali ke dunia untuk memeluk Islam dengan lurus.




Catatan:
  • Kematian tidak menakutkan bagi Muslim yang yakin Allah itu Maha Pemberi Ampunan; Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sebaliknya, jangankan kematian, kehidupan ini pun terasa berat bagi orang yang berprasangka Allah itu sebagai membebani dan menyusahkan.
  • “Janganlah kamu mati melainkan (dalam keadaan) berbaik sangka terhadap Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim)
  • “Tidak seorang pun diperbolehkan menginginkan kematian, karena seandainya ia orang soleh mungkin perbuatan baiknya akan bertambah; dan seandainya ia orang jahat, mungkin ia bisa bertobat.” (HR. Bukhari)
  • Hanya orang yang tidak memiliki kelembutan kalbu, yang tidak menangis saat ditinggal wafat orang yang dikasihinya. Seorang Muslim boleh menangis, tapi haram meratap yaitu menangis meraung-raung yang keterlaluan, yang berkesan ketidak-ikhlasan pada kehendak Allah.
  • Yang bunuh diri hanyalah pecundang. Pasukan berani mati, seperti kamikaze, tidak dinilai bunuh diri. Orang yang berani mati dan rela mati dalam peperangan adalah pahlawan, bukan pecundang.


(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: