BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Minggu, 26 Februari 2012

Membandingkan dengan orang lain


“Janganlah ingin menjadi seperti orang lain kecuali seperti dua orang ini. Pertama, orang yang diberi Allah kekayaan yang berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar. Kedua, orang yang diberi al-hikmah (ilmu dan kebijaksanaan) dan ia berperilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR Bukhari)


Penyakit yang sering dialami oleh orang yang mengejar materi duniawi adalah hilangnya, atau berkurangnya, ketenteraman jiwa.

Realitanya, seseorang merasa terpuruk --merasa tidak puas dan merasa tidak bahagia-- karena membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang lain yang ada di sekitarnya, atau di zamannya saat dia hidup.

Jika membandingkan dengan orang yang punya TV warna 29 inch, orang yang hanya punya TV warna 14 inch bisa saja merasa tidak puas. 
Padahal jika ia membandingkannya dengan Firaun, Napoleon, atau Hitler, ia sebenarnya lebih beruntung. 
Sebab sehebat atau sekaya apa pun Firaun, Napoleon, dan Hitler, mereka tak pernah punya TV warna 14 inch.


Begitu pun orang yang terbiasa menyantap makanan enak, mungkin saja menganggap remeh serabi oncom. 


Tapi seorang Muslim yang senantiasa ingat Nabinya, yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, saat menyantap serabi oncom akan mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepadanya; karena, seandainya serabi oncom ada di masa Nabi, serabi oncom akan merupakan makanan yang amat sangat lezat. 

Patut diketahui, Nabi Saw  tidak pernah menikmati makanan yang terbuat dari terigu yang halus, seperti serabi atau roti yang kita kenal di saat ini.

Kalau seorang Muslim sudah bisa mensyukuri nikmatnya serabi oncom, tentunya ia akan lebih mensyukuri nikmat-nikmat lainnya yang lebih besar yang diberikan Allah ‘Azza wa Jalla kepadanya.  

Allahu Akbar. 





LAKON HIDUP JANGAN KEBLABLASAN

Salah satu sumber ketidakbahagiaan dalam hidup adalah ketidak-mampuan untuk membatasi keinginan yang terus-menerus. 
Yang selalu menginginkan yang lebih daripada yang sudah dimiliki, yang tidak ada akhirnya.  
Yang tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali kematian. 

Padahal, kalau ditafakuri, sesungguhnya lakon kehidupan di dunia ini ibarat mimpi, dan kematian adalah saatnya kita ‘bangun’. [1]

Jangankan yang kita harapkan, yang sudah jadi milik kita pun, ketika kita ‘bangun’ ternyata tidak ada di sisi kita

Tak ada isteri yang cantik atau suami yang gagah; tidak ada mobil bagus maupun rumah yang mahal. 

Yang ada di sisi kita saat kita bangun, tidak lebih dari tumpukan dosa dan pahala.  
Yang akan jadi beban dan bekal di pengadilan akhirat.



Bagikan/Share tulisan ini kepada teman-teman Anda yang lain.
SEMOGA BERKAH dan RIDHA ALLAH SWT terlimpah ruahkan kepada Anda sekeluarga.

(Alfa Qr)


[1]  Muslim yang beruntung adalah yang selamat di akhirat walau di dunia ia menderita. 
Yang paling beruntung adalah Muslim yang tenteram di dunia dan selamat di akhirat. 
Yang paling rugi adalah yang menderita di dunia dan celaka di akhirat.

Tidak ada komentar: