Pengalaman sejarah menunjukkan, bahwa sikap
‘sok gagah’ yang dimiliki sebuah
negara adikuasa adalah satu hal yang wajar.
Jika sebuah negara hanya merupakan sebuah negara ‘kecil’, apalagi termasuk negara terbelakang, negara tersebut harus tahu diri.
Artinya, negara kecil harus memaklumi sikap
atau tindakan sebuah negara adidaya tersebut.
Sebab, tidak usah munafik, jika negara kecil itu pun jadi negara adikuasa, bukan mustahil ia akan berbuat hal yang serupa.
Daripada ‘mengomeli’ negara adikuasa, lebih baik berusaha jadi
negara adidaya pula.
Kalau tak mampu jadi negara besar, salah sendiri. [1]
VIETNAM
Vietcong yang komunis berhasil mengusir Amerika Serikat yang kapitalis.
Vietnam Utara dan Selatan bersatu, melaksanakan rekonsiliasi.
Vietnam Utara dan Selatan bersatu, melaksanakan rekonsiliasi.
Sistem
pemerintahannya adalah kediktatoran kolektif, yang untungnya terdiri dari
orang-orang yang bijak dan tahu diri.
Walau demokrasi hanya semu, tapi hukum berjalan dengan jujur dan adil.
Yang salah dihukum tanpa pilih bulu, yang tidak berbuat kejahatan merasa terlindungi.
Walau demokrasi hanya semu, tapi hukum berjalan dengan jujur dan adil.
Yang salah dihukum tanpa pilih bulu, yang tidak berbuat kejahatan merasa terlindungi.
Dengan membuka diri
terhadap masuknya modal asing, secara bertahap ekonomi Vietnam yang komunis
mulai melangkah ke arah moderenisasi.
Modal asing (yang diharamkan komunisme) dibiarkan masuk, tanpa perlu merasa malu, jika memang bisa mensejahterakan rakyat.
Modal asing (yang diharamkan komunisme) dibiarkan masuk, tanpa perlu merasa malu, jika memang bisa mensejahterakan rakyat.
Secara ksatria
mereka mau membaca realita, mau berkaca pada kenyataan, bahwa sistem ekonomi
komunis telah gagal.
Mereka tidak menyalahkan orang lain atau pihak asing.
Mereka introspeksi. [2]
Mereka tidak menyalahkan orang lain atau pihak asing.
Mereka introspeksi. [2]
Allah --pasti--
melihat perilaku orang Vietnam ini.
Di dunia, dan dalam
masalah keduniawian, Allah memberikan balasan kepada siapa pun yang berlaku
jujur dan adil.
Walau dia bukan seorang Muslim.
Walau dia bukan seorang Muslim.
Sebaliknya, biar dia Muslim yang senang pakai gamis dan peci putih, jika dia tak berlaku jujur dan adil, dia akan hancur.
AFGHANISTAN
Para pejuang Afghan yang Muslim, berhasil mengusir Soviet yang komunis.
Namun, walau sama-sama Muslim, faksi-faksi Mujahidin tidak bisa bersatu padu.
Pemerintahan, dari orang-orang yang mengaku Muslim, jatuh bangun.
Para pemimpinnya saling gebuk.
Satu ciri ketidakmampuan untuk bermusyawarah; yang artinya sama saja dengan sebuah pengakuan bahwa syura tidak bisa dipraktekkan.
Namun, walau sama-sama Muslim, faksi-faksi Mujahidin tidak bisa bersatu padu.
Pemerintahan, dari orang-orang yang mengaku Muslim, jatuh bangun.
Para pemimpinnya saling gebuk.
Satu ciri ketidakmampuan untuk bermusyawarah; yang artinya sama saja dengan sebuah pengakuan bahwa syura tidak bisa dipraktekkan.
Padahal jika semua golongan berlaku jujur dan adil, mustahil muncul tindakan
anarkis atau kekerasan.
Realitanya, hukum
(yang Islami?) yang melindungi rakyat, jauh dari harapan.
Hukum yang ada justru jadi alat penguasa untuk memaksakan kehendak dan membungkam sikap kritis.
Ekonomi (yang Islami?) kacau balau, tidak ada moderenisasi.
Rakyat hidup dalam ketidak tenteraman. Rakyat menderita.
Yang disalahkan, sudah pasti, pihak asing.
Hukum yang ada justru jadi alat penguasa untuk memaksakan kehendak dan membungkam sikap kritis.
Ekonomi (yang Islami?) kacau balau, tidak ada moderenisasi.
Rakyat hidup dalam ketidak tenteraman. Rakyat menderita.
Yang disalahkan, sudah pasti, pihak asing.
Jika hukum Allah
dijalankan dengan benar, artinya kejujuran dan keadilan hukum ditegakkan, maka
hukum akan berfungsi sebagai pelindung dan bukan sebagai hantu yang
menakutkan.
Sebaliknya jika kejujuran dan keadilan tidak diterapkan, hukum akan
tampak sebagai ancaman.
Dan itulah yang terjadi di Afghanistan pasca komunis.
Penjahat memang
pantas mendapat hukuman, tapi oknum polisi atau penegak hukum yang jahat harus
mendapat hukuman yang lebih berat.
Negara yang dikelola orang yang tidak jujur
dan tidak adil, akan hancur.
Negara yang dikelola orang-orang yang mengaku Muslim
tapi tidak jujur dan tidak adil, akan lebih hancur lebur.
Lebih celaka dan sengsara.
Lebih celaka dan sengsara.
Allah --pasti--
melihat perilaku orang Afghanistan ini.
Di dunia, Allah
memberikan balasan kepada siapa pun yang berlaku tidak jujur dan tidak adil.
Apalagi jika dia (mengaku) Muslim.
CINA
Dahulu, di bawah sistem komunis ortodok, Republik Rakyat Cina miskin dan
terbelakang.
Sekarang, dengan melihat realita bahwa sistem ekonomi komunis
telah gagal, tanpa perlu malu mereka berganti cara.
Para pemimpin Cina mengambil dua keuntungan,
memadukan keunggulan ekonomi kapitalis yang penuh inovasi dengan disiplin
kepatuhan buruh gaya komunis.
Dan berkat tegaknya hukum, didasari dengan kejujuran dan keadilan para pengelola negaranya, kemajuan ekonomi Cina dan kesejahteraan rakyatnya, pasca Mao Tse Tung, sungguh mencengangkan.
Allah --pasti--
melihat perilaku orang Cina ini.
Di dunia, dan dalam
masalah keduniawian, Allah memberikan balasan kebaikan kepada siapa pun yang
menegakkan hukum dengan jujur dan adil.
Walau dia seorang atheis yang tidak percaya agama sekalipun.
Walau dia seorang atheis yang tidak percaya agama sekalipun.
Seandainya rakyat
dan para pemimpin Cina yang jujur dan adil ini Muslim, barokah Allah pasti
terlimpah ruahkan kepada negara ini.
Sebaliknya, jika mereka kembali menanggalkan kejujuran dan keadilan, mereka pun --pasti-- akan dikembalikan pada kehancuran.
PALESTINA DAN ISRAEL
Adanya bangsa Palestina dan bangsa Israel adalah suatu realita.
Selama tak bisa disatukan dalam sebuah negara, keberadaan sebuah negara Palestina dan sebuah negara Israel yang terpisah, jelas tidak terhindarkan.
Selama tak bisa disatukan dalam sebuah negara, keberadaan sebuah negara Palestina dan sebuah negara Israel yang terpisah, jelas tidak terhindarkan.
Keinginan untuk
menghapus salah satunya, hanya akan melahirkan permusuhan yang tiada akhir.
Siapa pun yang membela salah satunya, akan jadi musuh dari yang membela yang
lainnya.
Dan, suka atau tidak suka, harus siap untuk ikut memikul akibatnya!
Satu hal yang harus
kita waspadai adalah akumulasi kekecewaan yang dialami orang lain, atau negara
lain, yang diakibatkan perbuatan kita.
Ibarat langkah blunder dalam permainan catur, sebuah keputusan yang tidak bijak harus dibayar amat sangat mahal.
Ibarat langkah blunder dalam permainan catur, sebuah keputusan yang tidak bijak harus dibayar amat sangat mahal.
Sikap
kita yang tidak bijak, yang meremehkan kejujuran dan keadilan, bisa menimbulkan
kejengkelan yang berujung pada kebencian orang lain kepada kita.
Akumulasi dari kebencian yang bertumpuk inilah yang memunculkan tindakan kekerasan.
Ibarat
memendam bara dalam sekam, satu saat ia bisa menjadi api besar yang bukan hanya
membakar tapi menghanguskan.
Sikap berat sebelah
yang memihak Israel secara berlebihan, akan menimbulkan kejengkelan dan
kekecewaan pada pihak yang membela Palestina.
Yang berlanjut pada tindak kekerasan yang tiada akhir.
Yang berlanjut pada tindak kekerasan yang tiada akhir.
Sebaliknya, sikap yang tidak mau menerima realita
akan keberadaan negara Israel, mustahil pula akan melahirkan perdamaian.
Padahal, jika terjadi perang atau tindak kekerasan, yang paling merasakan penderitaan dan kerugian adalah rakyat jelata biasa, bukan para pemimpin.
Padahal, jika terjadi perang atau tindak kekerasan, yang paling merasakan penderitaan dan kerugian adalah rakyat jelata biasa, bukan para pemimpin.
Oleh karenanya, bagi
rakyat biasa, di mana saja, jangan sampai salah mencari pemimpin.
Pilihlah
pemimpin yang lembut, yang bijak.
Yang tidak memaksakan suatu harapan di luar kemampuan yang ada.
Jangan mencari pemimpin yang radikal, yang mengorbankan kita rakyat biasa.
Sementara para pemimpin itu bisa menyelamatkan diri kabur ke luar negeri.
Yang tidak memaksakan suatu harapan di luar kemampuan yang ada.
Jangan mencari pemimpin yang radikal, yang mengorbankan kita rakyat biasa.
Sementara para pemimpin itu bisa menyelamatkan diri kabur ke luar negeri.
Perlu dicatat,
masalah Israel dengan Palestina adalah masalah kedaulatan, dan bukan
semata-mata masalah agama.
Faktanya, tidak semua orang Israel beragama Yahudi dan tidak semua orang Palestina beragama Islam.
Faktanya, tidak semua orang Israel beragama Yahudi dan tidak semua orang Palestina beragama Islam.
Seharusnya, mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dengan damai.
Dan orang lain --negara lain, bangsa lain-- harus bisa menahan diri untuk tak mudah terlibat dengan konflik orang Israel dengan Palestina.
Realitanya, saat
ini, hidup damai antara Israel dan Palestina termasuk salah satu kunci dari
perdamain dunia secara global.
Karenanya, jika tak mau damai, sampai limaribu limaratus tahun ke depan pun, konflik Israel dengan Palestina akan terus merajut musibah dan kesengsaraan.
Karenanya, jika tak mau damai, sampai limaribu limaratus tahun ke depan pun, konflik Israel dengan Palestina akan terus merajut musibah dan kesengsaraan.
Sesungguhnyalah,
hanya orang bodoh yang memungkiri realita.
Allah --pasti--
melihat perilaku orang Israel dan Palestina ini.
Di dunia, dan dalam
masalah keduniawian, Allah membiarkan musibah menimpa siapa pun yang berlaku
tidak jujur dan tidak adil.
Siapa pun manusianya; apa pun agamanya.
Siapa pun manusianya; apa pun agamanya.
JIKA TAK BERADAB, RASAKAN SENDIRI AKIBATNYA
Di negara yang beradab, aparat negara berusaha mencegah terjadinya
kesalahan yang dilakukan warganya; di negara yang tidak beradab, aparat negara
menjebak dan mencari-cari kesalahan.
Di negara yang beradab, peraturan dibuat
untuk memudahkan dan mensejahterakan rakyat; di negara yang tidak beradab,
peraturan dibuat untuk mempersulit dan mengambil keuntungan dari rakyat.
Yang jelas, tak ada
barokah bagi sebuah negara yang tidak beradab; yang mengenyampingkan kebenaran,
yang melalaikan keadilan, yang tidak menegakkan hukum secara jujur.
Buktinya?
Ada negara di benua Atlantis, yang morat-marit dan acakkadut, karena semua penghuninya tidak mau introspeksi atas kemunafikan dan kemaksiatannya.
Yang mengenyampingkan akhlak mulia, yang tidak mau belajar dari pengalaman sejarah.
Yang para pengelola negaranya (baik di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif) meraih jabatan dengan cara yang tidak benar, yang tidak sesuai etika yang jujur dan adil.
Yang duduknya dalam jabatan bukan karena kecerdasan ilmunya; melainkan karena motivasi keserakahan dan isi perut.
Buktinya?
Ada negara di benua Atlantis, yang morat-marit dan acakkadut, karena semua penghuninya tidak mau introspeksi atas kemunafikan dan kemaksiatannya.
Yang mengenyampingkan akhlak mulia, yang tidak mau belajar dari pengalaman sejarah.
Yang para pengelola negaranya (baik di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif) meraih jabatan dengan cara yang tidak benar, yang tidak sesuai etika yang jujur dan adil.
Yang duduknya dalam jabatan bukan karena kecerdasan ilmunya; melainkan karena motivasi keserakahan dan isi perut.
Padahal, ciri dari pemerintahan yang beradab adalah pemerintahan yang para pengelola negaranya meraih jabatan dengan cara yang benar, yang sesuai aturan main yang jujur dan adil.
Yang para pengelola negaranya memiliki moralitas yang benar-benar bersih.
Yang duduknya dalam jabatan tersebut benar-benar karena dan sesuai kecerdasan ilmunya.
Hakekatnya, ketika rakyat di suatu negeri menjadi rakyat yang menderita, yang salah adalah rakyatnya itu juga.
Sebab mereka telah keliru memilih para pemimpinnya.
Karenanya, amat pantas jika rakyat di negara lain menertawakan rakyat di negara serupa itu, dan mensyukuri penderitaannya.
Amat pantas jika para pelaksana pemerintahan di negara tetangga, menertawakan para pengelola pemerintahan di negara bobrok serupa itu.
Catatan:
- Kasus perkosaan tenaga kerja wanita yang Muslim oleh majikannya di negara Muslim, menunjukkan bahwa perilaku bejat bisa dilakukan oleh bangsa mana pun. Karenanya, kita tidak boleh menghukum suatu bangsa karena perbuatan segelintir orang. Artinya, di dunia ini, tidak ada satu etnis pun boleh dianggap sebagai bangsa yang suci; sebaliknya, tak boleh menuduh etnis lain sebagai bangsa yang ditakdirkan jahat.
- Strategi komandan yang hebat bisa memenangkan pertempuran hanya dengan bantuan perajurit yang minim dan biasa-biasa saja. Sebaliknya, perajurit yang terampil tidak ada artinya jika dipimpin komandan yang bodoh. Dari sebab itu, dalam perkara apapun, sebuah strategi yang jitu lebih utama untuk dipraktekkan ketimbang bersikap emosional. Mesti diingat, harimau yang marah lebih mudah masuk perangkap.
- Yang menang belum tentu yang kuat. Dengan kata lain, jika cerdik, yang lemah (yang sedikit) bisa saja mengalahkan yang kuat. Jadi, jika kita terus-terusan kalah, itu dikarenakan kita ‘sok jago’ tapi bodoh.
(Alfa Qr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar