BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Kamis, 23 Februari 2012

LAYAK DIKETAHUI


 Ada kebiasaan dalam rumpun bahasa Semit untuk menyebut jumlah kecil atau minimal dengan bilangan ‘satu’, ‘sepuluh’, atau ‘seratus’.  Dan menyebut jumlah banyak atau tidak terhingga (atau yang tak terhitung banyaknya) dengan bilangan ‘tujuh’, ‘tujuhpuluh’ ataupun ‘tujuhratus’.

 Perbuatan baik yang akan dibalas ‘sepuluh’ kali lipat, mengindikasikan perbuatan baik itu minimal akan diberi ganjaran sedikit-dikitnya dengan pahala sepuluh kali perbuatan baik itu. 
Perbuatan baik yang akan dibalas ‘tujuhratus’ kali lipat, mengindikasikan perbuatan baik itu akan diberi ganjaran pahala yang amat sangat banyak.

 Begitu pun jika dikatakan suatu umat akan terbagi menjadi tujuh puluh dua atau tujuhpuluh tiga golongan, bisa saja mengindikasikan umat tersebut akan terdiri dari berbagai golongan atau kelompok yang jumlahnya banyak. 
Contoh lain, tujuh sifat setan yang menyertai manusia, bisa berarti ‘banyak’ sifat setan yang mengikuti manusia. 

Jadi: tujuh, tujuhpuluh, atau tujuhratus --selain bisa berarti sama dengan jumlah yang disebut-- bisa saja bermakna banyak, sangat banyak, atau amat sangat banyak (yang tidak terhitung banyaknya).





UNGKAPAN YANG MENDEKATKAN HUBUNGAN KEKELUARGAAN

Ungkapan yang mengakrabkan atau mendekatkan hubungan kekeluargaan, merupakan kelaziman dalam bahasa Semit (Yahudi dan Arab).

Karenanya, ‘anak domba’, ‘anak Daud’, atau ‘anak Allah’ merupakan ungkapan yang ‘mengakrabkan’; dan bukan berarti anak kandung domba, anak kandung Daud, atau anak kandung Allah (Mahasuci Allah dari hal yang tidak selayaknya disandarkan kepadaNya). 
Seperti juga Abdurahman ad Dawsi yang lebih termasyhur dengan nama Abu Hurairah atau ‘Pak Kucing’, bukanlah bapaknya kucing.

Begitu pun, ungkapan ‘saudara perempuan Harun’ tidaklah berarti saudara perempuan Harun dalam arti sesungguhnya[1]





MAQOM IBROHIM
Maqom bisa bermakna ‘tingkatan’, ‘derajat’, atau ‘tempat berpijak’.

Yang dimaksud dengan maqam Ibrahim adalah tempat berpijak Nabi Ibrahim Alaihis Salam KETIKA BERDOA saat membangun Ka’bah, dan BUKAN kuburan atau makam Nabi Ibrahim. 
Kuburan Nabi Ibrahim sendiri tidak pernah ditemukan orang alias tidak diketahui di mana adanya.




PERBEDAAN NASRANI (AJARAN PAULUS) DENGAN ISLAM

  • Nasrani berpaham trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus)  yang baru diabsahkan tigaratus tahun sesudah Yesus wafat, yaitu di konsili Nicea di masa kaisar Romawi Constantin. Dalam Islam, Tuhan yang berhak disembah hanya Allah, tidak ada sekutu bagi Nya.
  • Dalam Kristen ajaran Paulus, [2] Yesus adalah anak Tuhan. Dalam Islam, Yesus (Nabi Isa As) --seperti juga Nabi Muhammad Saw-- adalah manusia biasa yang dimuliakan Allah, yang dijadikan rasul Nya.
  • Dalam Kristen, setiap anak yang dilahirkan ke dunia menanggung dosa warisan Adam As. Dalam Islam, setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), tidak menanggung dosa siapa pun. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
  • Dalam agama Nasrani, pengampunan dosa juga tergantung kepada imam atau pendeta. Dalam Islam, yang tidak mengenal hierarki atau jenjang kependetaan dalam beribadat, permohonan ampun langsung kepada Allah. Diampuni atau tidak semata-mata hak Allah. Imam atau pemimpin dalam Islam sekadar pengarah (yang memberi petunjuk tentang ajaran agama yang benar), bukan penentu masuk surga atau masuk neraka; dari sebab itu, tidak perlu pengakuan dosa kepada imam. Dosa atau aib, menjadi rahasia yang bersangkutan dengan Tuhannya.
  • Dalam Kristen, pengaruh dan kekuasaan para pendeta amat dominan dalam pelaksanaan ibadat. Dalam Islam, yang lebih mengutamakan sistem dan bukan figur, siapa pun bisa jadi imam, karena imam di sini bukan jabatan keduniawian yang formal. Dengan kata lain, menjadi imam tidak perlu surat pengangkatan atau surat pengakuan dari siapa pun atau institusi mana pun. Karenanya, berbeda dengan di agama lain, setiap Muslim yang awam sekalipun bisa memimpin ritus peribadatan (seperti solat).
  • Dalam keyakinan Nasrani, sebuah pernikahan tidak boleh diakhiri dengan perceraian; sebab yang sudah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Dalam Islam, walau tidak disukai, perceraian adalah sebuah kenyataan yang mungkin saja tak terhindari.  [3]
  • Gereja biasanya hanya untuk anggota jemaat atau semazhab. Orang Islam bisa salat (sembahyang) di masjid mana saja. Dalam ajaran Islam yang benar, sebagai rumah Allah, sebuah masjid harus terbuka untuk semua Muslim, apapun dan bagaimanapun pemahamannya. Sebagai Rumah Allah, TIDAK ADA --dan tidak boleh ada-- mesjid khusus untuk golongan.
  • Ada perbedaan Alkitab (Bibel) yang dipakai Protestan dan Katolik. Dalam Islam, apapun golongannya, kitab sucinya (Al Qur’an) adalah sama. Perbedaan terjadi biasanya pada penafsirannya.




           


PENYELIDIKAN PARA PAKAR KITAB SUCI

Setiap Muslim wajib mengimani (percaya) kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, namun karena kitab Taurat dan Injil yang ada sekarang sudah tidak asli lagi maka kita tak perlu untuk mengikutinya. 
Nabi Muhammad Saw sendiri tidaklah memberitahukan atau menunjukkan bagian-bagian mana dari kitab-kitab tersebut yang tidak otentik lagi atau yang merupakan sisipan buatan manusia.

Realitanya, cendekiawan Barat sendiri --terlepas mereka atheis atau murtad, menyimpang dari agamanya-- ikut meragukan dan mengemukakan ketidakaslian kitab-kitab tersebut sebagai firman Allah. 

Berdasar hasil penelitian para pakar itulah kita mengetahui beberapa hal di bawah ini:
  • Bibel (Alkitab) terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Yang termasuk Perjanjian Lama di antaranya adalah hukum-hukum Musa (Taurat), Mazmur Daud, dan Amsal Sulaiman.
  • Yang termasuk Perjanjian Baru di antaranya Injil karangan Matius, Injil karangan Markus, Injil karangan Lukas, Injil karangan Yohanes, Kisah para rasul (dikarang oleh penulis Injil Lukas), Surat kepada jemaat, dan Wahyu kepada Yohanes.
  • Terdapat beberapa perbedaan kitab Perjanjian Lama versi Katolik dan versi Inggeris. Ada beberapa bagian (kitab) yang tidak terdapat pada versi Inggeris (Anglikan) seperti kitab Tobias, Judit, dan Baruk. Juga ada perbedaan penyebutan; kitab Samuel satu dan dua pada versi Inggeris, pada versi Katolik disebut Raja-raja satu dan dua. Raja-raja satu dan dua pada versi Inggeris, dinamai Raja-raja tiga dan empat pada versi Katolik.
  • Begitu pun pada Perjanjian Baru ada perbedaan. Injil karangan Markus pasal 16 biasanya sampai ayat 20; sementara di kitab Perjanjian Baru yang lain, Markus pasal 16 cuma sampai ayat 8. Ayat-ayat sisanya hanya merupakan catatan kaki.
  • Penulis Injil --Injil karangan Matius, Injil karangan Markus, Injil karangan Lukas, Injil karangan Yohanes-- sama sekali tidak pernah bertemu Yesus, dan tidak dikenal identitasnya alias bukan murid Yesus.
  • Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Yesus [4], begitu pun hari wafatnya, sama sekali tidak diketahui dengan pasti. Kristen Ortodok menganggap Yesus lahir pada tanggal 7 Januari, sementara yang lain menentukan tanggal 25 Desember, sama dengan tanggal kelahiran dewa Zoroaster dan tanggal kelahiran dewa Mitra dalam agama Persia.
  • Injil karangan Matius menyebutkan Yesus lahir di masa Herodes (sekitar tahun 4 sebelum Masehi), Injil karangan Lukas menyebutkan lahir di masa sensus kaisar Augustus (sekitar tahun 6 atau 7 sesudah Masehi).
  • Injil hanya bercerita saat kelahiran dan saat menjelang akhir hayat kehidupan Yesus. Di mana saja dan apa yang dikerjakan Yesus di antara kedua masa itu, tidak dijelaskan dalam Injil.
  • Silsilah (banyaknya garis keturunan) Yesus pada Injil karangan Matius tidak sama dengan yang ada di Injil karangan Lukas (Matius 1:6-16 dan Lukas 3:23-31); yang menunjukkan silsilah ini hanya hasil rekaan pengarang. Sebab kalau merupakan firman Tuhan mustahil keliru.
  • Menurut Injil karangan Matius, Yesus adalah keturunan Daud melalui Sulaiman (Salomo, Solomon). Menurut Injil karangan Lukas, Yesus keturunan Daud melalui Natan (saudaranya Sulaiman).
  • Cara matinya Yudas Iskariot (murid Yesus yang berkhianat) berbeda; padahal masih dalam satu kitab suci yang sama. Menurut Matius, Yudas mengembalikan uang suapnya dan gantung diri (Matius 27:3-5). Menurut Lukas, uang suapnya dibelikan tanah (yang kemudian dikenal sebagai ‘hakal dama’ yang artinya ‘tanah darah’) dan ia mati tertelungkup di sana dengan isi perutnya terburai (Kisah para rasul 1:17-19).
  • Yesaya 37:1-8, seratus persen merupakan kopian Raja-raja II 19:1-8.
  • “Revised Version” --versi Alkitab yang diperbaiki-- menunjukkan Alkitab ‘diperbaiki’ manusia atau dirubah manusia.





AYAT-AYAT YANG TAK LAYAK BUAT ANAK-ANAK
  • Anak laki-laki Daud menzinahi istri-istri ayahnya secara bergiliran dan terang-terangan (Samuel 12:11-12)
  • Amnon menzinahi adik perempuannya sendiri (Samuel 13:10-14)
  • Anak-anak Yehuda yaitu Peres dan Zerah (Matius 1:3), merupakan anak hasil perzinahan Yehuda dengan menantunya yang bernama Tamar (Kejadian 38:15-18)
  • Anak laki-laki Yakub menzinahi gundik ayahnya (Kejadian 35:22)
  • Dua kakak beradik sengaja memaksa ayahnya (Lot alias Nabi Luth Alaihis Salam) menzinahi mereka hingga hamil (Kejadian 19:33-35)
Kisah-kisah tersebut, yang tidak pantas dibaca oleh anak-anak, yang diceritakan dengan jelas, lebih mirip dongeng buatan manusia.




SIFAT YANG TAK SEHARUSNYA DITERAPKAN PADA TUHAN
  • Tuhan letih (Yohanes 4:6); Tuhan haus (Yohanes 19:28); Tuhan dicoba oleh iblis (Markus 1:12-13); Tuhan tidak tahu musim (Markus 11:13); Tuhan takut, sedih dan seperti putus asa (Markus 14:33-34); Tuhan kecewa dan tidak tawakal (Markus 15:34)
  • Tuhan yang lapar mengutuk pohon ara hanya karena tidak memberinya buah (Matius 21:19). Mengapa pohon yang tidak tahu apa-apa harus dikutuk? Salah siapa kalau sebatang pohon tidak berbuah? Mustahil Yesus (Nabi Isa Alaihis Salam) mengutuk pohon tersebut. Kalaupun ini diandaikan sebuah perumpamaan, apa maknanya?






TIAP ORANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS KEYAKINANNYA
  • Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya: “Apa yang engkau lihat, tuliskanlah dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.” (Wahyu 1:9-11)
  • Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. (Wahyu 1:12-13)
 Siapa Yohanes ini, sehingga ia bisa melihat keajaiban seperti ini? Berlilitkan ikat pinggang dari emas?  Serupa Zeus atau Herkules dalam mitologi Yunani? Atau raja-raja Babilonia, penguasa sungai Eufrat?

 Tak mengherankan, jika orang Barat yang berpikiran kritis, seperti Emile Zola, [5]  menilai kisah di atas sebagai tidak meyakinkan logika. Dan menilai wahyu kepada Yohanes ini sebagai wahyu karangan Yohanes.

Karenanya tak bisa disalahkan, jika mereka bukan saja meragukan kitab-kitab suci tapi menjadi tidak percaya kepada (semua) agama. Tidak percaya Tuhan dan tidak percaya adanya akhirat atau hari pembalasan.

Bagi kita, kaum Muslimin, keyakinan mereka seperti itu tidak perlu dimasalahkan. 
Sebab masing-masing orang bertanggung jawab terhadap keyakinannya. 

Begitu pun kepada orang yang beragama di luar agama kita, tidaklah perlu kita beradu urat leher ataupun bersilat lidah.

 Cukuplah bagi kita untuk mengingatkan bahwa di akhirat kelak Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menuntut mereka sesuai firmanNya dalam Al Qur’an surat Al Baqarah [2]:111:
"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.”



Catatan:
  • Dalam beragama, manusia bisa dibagi dalam tiga jenis. Yang sesat, yaitu mereka yang sengaja keluar dari jalan kebenaran, atau yang sama sekali tidak mau mencari kebenaran. Yang durhaka, yaitu yang bertemu dengan kebenaran tapi tidak mengakui dan tidak mau berjalan di atas kebenaran itu. Yang lurus, yang mencari dan bertemu dengan kebenaran dan tetap berusaha berjalan di atas kebenaran itu.

(Alfa Qr)


[1]  Nabi Musa mempunyai saudara yang bernama Harun dan Maryam.  
Ibunda Nabi Isa (Yesus), yang juga bernama Maryam, kadang dipanggil dengan sebutan ‘saudara perempuan Harun’. Padahal jelas Maryam ibunya Nabi Isa BUKANlah Maryam saudaranya Nabi Musa; sebab waktu kehidupan antara kedua Nabi tersebut (Musa dan Isa) berbeda ribuan tahun. 
Jadi, ungkapan ‘saudara perempuan Harun’ hanyalah ungkapan yang mengakrabkan.

[2]   Paulus (Saul) tak pernah jadi murid Yesus; ajarannya berasal dari orang lain.

[3]  Dalam Islam, yang punya hak menceraikan bukan hanya suami. Karenanya, selain bisa bercerai melalui keputusan hakim, seorang isteri bisa ‘menceraikan’ suaminya yang bertabiat buruk dengan mengembalikan mahar (mas kawin).

[4]  Berasal dari kata Joshua; yang berarti juruselamat dalam bahasa Ibrani. Jesus atau Yesus merupakan sebutan dalam bahasa Yunani untuk Joshua.  Jadi, sebutan Yesus tidak dikenal oleh para murid Yesus sendiri (yang berbahasa Yahudi).

 [5] Pengarang Perancis di abad kesembilanbelas yang cenderung atheis. Seperti juga Charles Darwin, Zola berpaham naturalis; menganggap proses kehidupan di dunia ini terseleksi secara alami, dan bukan karena ketentuan Tuhan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mantap,mas...lanjutkan dakwah nya.