Disiplin ilmu,
buah pikir manusia, adakalanya menimbulkan persepsi yang salah dalam menilai
agama.
Ajaran Islam tampaknya keras, radikal dan tidak toleran, padahal sebetulnya tidak.
Ajaran Islam tampaknya keras, radikal dan tidak toleran, padahal sebetulnya tidak.
Memang, Muslim harus memiliki prinsip yang
tegas.
Harus berani mengatakan ‘tidak’ kepada sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran.
Harus berani menolak ajakan yang bisa berdampak pada keburukan.
Harus berani mengatakan ‘tidak’ kepada sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran.
Harus berani menolak ajakan yang bisa berdampak pada keburukan.
Tapi itu bukan berarti seorang Muslim harus bertindak radikal.
Realitanya, ada benang tipis yang membedakan istilah fanatik atau fundamentalis dengan istilah radikal atau ekstrimis.
Seorang fanatik atau fundamentalis adalah seorang yang amat sangat taat
melaksanakan ajaran agamanya.
Sedangkan istilah radikal atau ekstrim lebih ditujukan kepada orang yang cenderung pada kekerasan atau terorisme, pada pemaksaan dan tidak toleran.
Sedangkan istilah radikal atau ekstrim lebih ditujukan kepada orang yang cenderung pada kekerasan atau terorisme, pada pemaksaan dan tidak toleran.
Jadi, fanatik atau fundamentalis berbeda dengan radikal atau ekstrimis.
Orang radikal atau ektrimis tidak mungkin seorang fanatik atau fundamentalis Islam.
Sebab fundamen artinya dasar, sedangkan salah satu dasar
utama ajaran Islam adalah lembut dan santun; bukan kekerasan.
Dalam agama atau paham lain, dan bukan ajaran Islam, seorang fanatik atau fundamentalis bisa saja seorang radikal atau ekstrimis.
Sebab bisa saja salah satu ajaran agama atau paham lain itu adalah pemaksaan atau kekerasan.
Ajaran Islam, yang sesungguhnya, tidaklah begitu.
Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan tanpa
sebab.
Walaupun memaafkan itu suatu hal yang utama, dan selayaknyalah seorang Muslim begitu, namun tidak bisa dipungkiri orang lebih suka menampar kembali orang yang menempelengnya.
Sebab merupakan sifat umum dan wajar dimiliki manusia hidup untuk membalas.
Artinya, ajaran Islam selaras dengan kenyataan kodrat manusia umumnya; sebab hanya orang mati dan orang yang memiliki ‘keistimewaan’ yang diam saja saat ditempeleng.
Dari hal di atas, amat jelas bahwa fanatisme Islam berbeda dengan ekstrimis; dan fundamentalis Islam berbeda dengan teroris.
Muslim yang fanatik kepada tuntunan Islam adalah Muslim yang berpegang teguh dalam mengedepankan kebenaran, keadilan dan kejujuran.
Fundamentalis Islam adalah Muslim yang taat kepada tuntunan Muhammad Saw; termasuk berperilaku lembut, dan bukan arogan.
Lagi pula, seorang Muslim hanya dituntut untuk menyampaikan, tidak dituntut untuk berhasil.
Hak dan keutamaan seorang Muslim hanyalah menjelaskan.
Yang patut dicamkan, banyak tindakan kekerasan muncul disebabkan oleh akumulasi perasaan tidak puas.
Karenanya, jika muncul tindakan kekerasan semestinya dicari penyebab yang sebenarnya.
Dan bukan sekadar menyalahkan atau mencapnya sebagai teroris.
Yang pasti, mustahil ada manusia yang tidak pernah marah, kecewa, atau sedih.
Namun seorang Muslim yang berpikir jernih tidak akan meledakkan kemarahan, kekecewaan, maupun kesedihannya secara berlebihan.
(Alfa Qr)
Bagikan blog BEBAS MERDEKA PISAN ini kepada teman-teman Anda dengan meng-klik 'bagikan'/'share'...
Semoga balasan pahala akhirat yang kekal menjadi imbalan yang terbaik buat Anda...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar