Bagi beliau yang harus diraih adalah ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala; bukan semata-mata kekayaan, ketenaran dan kekuasaan.
Beliau --pembawa rahmat, sekaligus orang yang paling dicintai Allah-- adalah pemimpin umat.
Namun rumah beliau, tempat tinggal isteri-isteri beliau, yang terletak di samping masjid, hanyalah berupa bilik-bilik sederhana yang dindingnya terbuat dari anyaman pelepah kurma; yang pintu-pintunya juga hanya ditutupi sehelai kain hitam yang kasar.
Begitu sederhananya kehidupan beliau, sampai di saat sakitnya uang yang dimilikinya hanyalah tujuh dinar; itu pun kemudian disedekahkan buat umatnya sehari menjelang beliau wafat.
Satu hal yang sungguh jauh berbeda dengan kehidupan para pemimpin kita di zaman sekarang.
Satu ketika, Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkunjung ke rumah beliau.
Saat itu Nabi Saw baru saja bangun dari tidurnya di atas tikar anyaman pelepah kurma, sehingga tampak bekasnya di badan beliau.
Saat itu Nabi Saw baru saja bangun dari tidurnya di atas tikar anyaman pelepah kurma, sehingga tampak bekasnya di badan beliau.
Melihat keadaan serupa itu Umar menangis.
“Mengapa engkau
menangis?” sapa Nabi.
“Anda telah
ceritakan kemegahan Kisra dan kerajaannya. Hurmuz dengan kerajaannya, dan Raja
Habasyah dengan kerajaannya. Tapi anda sendiri, ya, Rasulullah, tidur di atas
tikar pelepah kurma”, jawab Umar berlinang air mata.
Rasul pun berujar
dengan lembut, “Apakah engkau tidak ikhlas, dunia bagi mereka dan bagi kita
akhirat?”
Sebuah pertanyaan
singkat, yang selayaknya ditujukan ke lubuk hati kita yang paling dalam.
“Seorang anak Adam sebelum menggerakkan kakinya
pada
hari kiamat akan ditanya tentang lima perkara:
Tentang
umurnya, untuk apa dihabiskannya.
Tentang
masa mudanya, apa yang
dilakukkannya.
Tentang
hartanya, dari sumber mana dia peroleh
dan
dalam hal apa dia membelanjakannya.
Dan
tentang ilmunya, mana yang dia amalkan.”
(HR Ahmad)
BAGIKAN/SHARE tulisan ini kepada teman-teman Anda yang lain.
(Alfa Qr)
[1]
Kisah di atas berdasar hadits yang dianggap menjadi asbab nuzul atau
sebab turunnya ayat ke 20 surat Al Insan, ‘Dan apabila kamu melihat di sana
(surga), niscaya kamu akan melihat berbagai kenikmatan dan kerajaan yang
besar’.
Nabi wafat dalam usia 63 tahun berdasar perhitungan tahun hijriah (qamariyah) atau 61 tahun lebih tiga bulan berdasar perhitungan tahun masehi (syamsiyah).
Nabi wafat dalam usia 63 tahun berdasar perhitungan tahun hijriah (qamariyah) atau 61 tahun lebih tiga bulan berdasar perhitungan tahun masehi (syamsiyah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar