BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Senin, 27 Februari 2012

Apakah engkau tidak ikhlas?



Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa dahaga dengan keinginan untuk memberi; karenanya, kebahagiaan beliau yang terbesar adalah saat beliau bisa menolong orang lain.
Bagi beliau yang harus diraih adalah ridha Allah  Subhanahu wa Ta’ala; bukan semata-mata kekayaan, ketenaran dan kekuasaan. 

Beliau --pembawa rahmat, sekaligus orang yang paling dicintai Allah--  adalah pemimpin umat. 
Namun rumah beliau, tempat tinggal isteri-isteri beliau, yang terletak di samping masjid, hanyalah berupa bilik-bilik sederhana yang dindingnya terbuat dari anyaman pelepah kurma; yang pintu-pintunya juga hanya ditutupi sehelai kain hitam yang kasar. 


Begitu sederhananya kehidupan beliau, sampai di saat sakitnya uang yang dimilikinya hanyalah tujuh dinar; itu pun kemudian disedekahkan buat umatnya sehari menjelang beliau wafat. 

Satu hal yang sungguh jauh berbeda dengan kehidupan para pemimpin kita di zaman sekarang.



Satu ketika, Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkunjung ke rumah beliau.

Saat itu Nabi Saw baru saja bangun dari tidurnya di atas tikar anyaman pelepah kurma, sehingga tampak bekasnya di badan beliau.
Melihat keadaan serupa itu Umar menangis.

“Mengapa engkau menangis?” sapa Nabi.

“Anda telah ceritakan kemegahan Kisra dan kerajaannya. Hurmuz dengan kerajaannya, dan Raja Habasyah dengan kerajaannya. Tapi anda sendiri, ya, Rasulullah, tidur di atas tikar pelepah kurma”, jawab Umar berlinang air mata.

Rasul pun berujar dengan lembut, “Apakah engkau tidak ikhlas, dunia bagi mereka dan bagi kita akhirat?”


Sebuah pertanyaan singkat, yang selayaknya ditujukan ke lubuk hati kita yang paling dalam.

Menangislah, hai, insan.[1]


“Seorang anak Adam sebelum menggerakkan kakinya
pada hari kiamat akan ditanya tentang lima perkara:
Tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya.
Tentang masa mudanya, apa yang dilakukkannya.
Tentang hartanya, dari sumber mana dia peroleh
dan dalam hal apa dia membelanjakannya.
Dan tentang ilmunya, mana yang dia amalkan.”
(HR Ahmad)



BAGIKAN/SHARE tulisan ini kepada teman-teman Anda yang lain.

(Alfa Qr)


[1]   Kisah di atas berdasar hadits yang dianggap menjadi asbab nuzul atau sebab turunnya ayat ke 20 surat Al Insan, ‘Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai kenikmatan dan kerajaan yang besar’.   

Nabi wafat dalam usia 63 tahun berdasar perhitungan tahun hijriah (qamariyah) atau 61 tahun lebih tiga bulan berdasar perhitungan tahun masehi (syamsiyah).

Tidak ada komentar: