BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Rabu, 22 Februari 2012

Berdebat dan Berdiskusi

Salah satu kebiasaan tercela dari berdebat adalah menyela pembicaraan ketika lawan bicara sedang mengemukakan pendapatnya. 

Dalam realita, keinginan untuk memenangkan perdebatan, bagaimanapun caranya, sering mengenyampingkan pemikiran yang sehat. 

Hasil perdebatan, yang bisa diprediksi sebelumnya, adalah perselisihan. 
Tidak ada satu pun faedah yang bisa ditarik pelajaran dari sebuah perdebatan, kecuali jangan berdebat.

Lain halnya dengan berdiskusi, ia merupakan sarana untuk mendapatkan kebenaran ilmiah dengan cara yang luwes dan santun. 
Yang melahirkan sikap toleran dan saling menghormati pendapat yang berlainan.

Dalam berdiskusi, tanpa memotong pembicaraan, masing-masing bergantian menyimak yang diucapkan kawan bicara kita.   
Walau memang, dalam prakteknya, keinginan menyela pembicaraan itu selalu ada; namun tidak sesering dalam berdebat.


Ketika mengakhiri diskusi masalah agama, kita tidak perlu memutuskan hasilnya saat itu juga. 
Yang penting kita mengingat semua yang telah diperbincangkan; dan membawanya pulang ke rumah.

Menjelang tidur, dengan hati yang tenang dan jauh dari prasangka buruk, kita renungkan kembali semua yang telah diungkap. 

Jika di sana kita menemukan kebenaran, walau berasal dari pihak lawan bicara, kita tak perlu malu untuk memungutnya
Sebab, ibarat cahaya bulan yang sebetulnya merupakan pantulan sinar matahari, kebenaran itu sesungguhnya datang dari Tuhan; lawan bicara kita itu hanya sekadar perantara.





Catatan:
  • Kita cenderung pada dua kebiasaan: Pertama, memperbincangkan sesuatu yang tidak perlu diperbincangkan.  Kedua, tidak memperbincangkan sesuatu yang seharusnya diperbincangkan.
  • Berdebat melahirkan perselisihan; berdiskusi menciptakan sikap saling menghormati. Jadikanlah rasa hormat untuk menghapus perbedaan, bukan perbedaan yang menghilangkan rasa hormat.
  • Menghormati orang yang menghormati kita adalah sikap yang seharusnya. Tidak menghormati orang yang tidak menghormati kita adalah sikap yang wajar. Menghormati orang yang tidak menghormati kita adalah sikap orang yang ikhlas.
  • Ada peribahasa klise yang sering dikedepankan: “Tiada gading yang tak retak; tidak ada orang yang sempurna yang luput dari kekurangan dan kesalahan”.  Sayangnya, peribahasa ini hanya diucapkan bila kita membela diri atas kesalahan kitaJarang, atau tidak pernah, kita kemukakan kata-kata mutiara itu untuk memaklumi dan memaafkan kesalahan orang lain.



Bagikan/Share tulisan ini kepada teman-teman Anda yang lain.
SEMOGA BERKAH dan RIDHA ALLAH SWT terlimpah ruahkan kepada Anda sekeluarga.

TULISAN DI BLOG BEBAS MERDEKA PISAN, BEBAS UNTUK DICOPY, DIPRINT, DAN DISEBARLUASKAN.. 

(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: