Tidak sedikit
orang yang tetap membela agama atau keyakinannya, walau agama atau pemahaman
yang dianutnya jelas-jelas tidak benar dan keluar dari realita akal.
Biasanya seseorang berbuat begitu, kalau bukan karena kebodohan atau gengsi, karena takut kehilangan jabatan; atau karena takut kehilangan sumbangan dari jamaahnya.
Jika perilaku kita serupa itu, bukan mustahil kita termasuk orang yang menukar kebahagiaan akhirat yang kekal dengan kesenangan duniawi yang hanya sementara sifatnya.
Memang, kita biasanya lebih berharap orang
lain untuk membuka diri terhadap hal-hal baik yang kita sarankan.
Namun, karena dalam diri kita masih ada serpihan kemunafikan, kita pun lebih suka menutup diri terhadap hal-hal baik dan benar yang dikemukakan orang lain.
Namun, karena dalam diri kita masih ada serpihan kemunafikan, kita pun lebih suka menutup diri terhadap hal-hal baik dan benar yang dikemukakan orang lain.
Realitanya, kita condong untuk keras kepala.
TAK PERLU MEMAKSAKAN PEMAHAMAN
Biasanya, ketidaksukaan kita kepada apa yang dilakukan seseorang,
berlanjut dengan kebencian kita kepada orang tersebut.
Padahal, boleh saja kita tidak menyukai pemahaman dan perbuatan yang dilakukan orang itu; namun jangan sampai membenci orangnya.
Sebab bisa jadi ada banyak hal yang melatar belakangi, yang menyebabkan orang tersebut melakukan kebodohan tersebut.
Jelas, rasa benci atau antipati kita kepada seseorang biasanya timbul ketika kita tidak mampu memahami atau memaklumi keadaan (situasi dan kondisi) orang tersebut.
Oleh karenanya, gantilah rasa benci itu dengan rasa kasihan.
Ajaklah orang tersebut kepada kebenaran dengan cara yang lembut, dan bukan memusuhinya.
Hendaknya diingat, mustahil kebenaran bisa sampai dikarenakan kebencian dan kekerasan.
Sebaliknya, tidak ada orang yang
bisa mencegah datangnya kebenaran ketika ketulusan dan kelembutan berjalan
seiring.
SESEORANG BERIMAN KARENA HIDAYAH ALLAH
Hidayah bisa diberikan kepada setiap orang yang berbuat kebajikan.
Dalam arti umum, hidayah bermakna ‘petunjuk’.
Dengan segala kemahaadilanNya, Allah memberikan ‘petunjuk’ kepada semua manusia; dan manusia boleh memilih, mengikuti atau menolak petunjuk tersebut.
Dalam arti khusus, dan hanya diberikan kepada orang yang mengikuti petunjuk Nya, ‘hidayah’ bermakna bimbingan dalam menuju kebenaran beragama.
Contohnya, jika nonmuslim sudah menjadi
Muslim, namun belum menjalankan ritus ibadat sesuai contoh Nabi Saw, berarti orang tersebut sudah
mendapat hidayah Nya tapi belum tersentuh ‘hidayah’ Nya.
Yang jelas, pada hakekatnya, seseorang menjadi
Muslim atau beriman dikarenakan hidayah Allah.
Dan bukan karena paksaan.
KALAU TAK MAU DIPAKSA, JANGAN MEMAKSA
Dalam masalah beragama atau berkeyakinan, pertanyaan yang harus
ditujukan kepada diri kita, apakah kita memeluk Islam karena kesadaran dan
keikhlasan kita, atau karena dipaksa orang lain?
Kalau kita memeluk Islam karena kesadaran dan keikhlasan, mengapa sekarang kita harus memaksa orang lain untuk memeluk Islam atau harus sama pemahamannya dengan kita?
Ingat, kalau
kita tak mau dipaksa oleh orang lain, maka orang lain pun tak mau dipaksa
oleh kita.
Artinya, kita cukup mengajak; sebab dalam perkara mau masuk ke surga
atau ke neraka setiap orang diberi kebebasan untuk memilih.
Lagi pula, yang patut dipertanyakan, apa diri kita sendiri sudah benar-benar jadi Muslim yang berakhlak mulia?
KEBERIMANAN DAN KETIDAKBERIMANAN
Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing.
Ada rencana Allah (kehendak/iradah/atau apapun namanya yang ditimpakan Allah yang akan berkaitan dengan kejadian di masa depan yang akan dialami seseorang) kepada setiap manusia yang tak kita ketahui dan tak bisa kita pahami.
Ada rencana Allah (kehendak/iradah/atau apapun namanya yang ditimpakan Allah yang akan berkaitan dengan kejadian di masa depan yang akan dialami seseorang) kepada setiap manusia yang tak kita ketahui dan tak bisa kita pahami.
Karenanya, kita tidak perlu terlalu larut memikirkan nasib orang lain.
Artinya,
selama kita tidak merugikan orang lain, kita tidak perlu merasa bersalah dengan
kegagalan atau penderitaan seorang manusia.
Sebaliknya, kita tidak perlu iri kepada orang yang sukses atau orang yang kaya raya.
Sebab keterpurukan maupun keberhasilan seseorang hampir bisa dipastikan berkaitan dengan usaha dan perilaku orang itu sendiri.
Begitu pula dengan keberimanan dan
ketidakberimanan seseorang, kemusliman dan kekafiran seseorang, ada
sebab-sebabnya yang hanya merupakan rahasia Allah yang pasti adil.
Jadi, kita tak perlu terlalu peduli dengan ketidakberimanan orang lain.
Sebab jika Allah berkehendak seseorang tidak beriman, usaha kita mengimankan orang tersebut akan sia-sia.
Mesti diingat, kewajiban pertama yang
diperintahkan Allah Swt. kepada
manusia adalah membaca.
Artinya, kewajiban pertama yang diperintahkan Allah kepada manusia adalah harus menuntut ilmu atau harus belajar; bukan harus beriman dan bukan harus beribadah.
Sebab beriman tanpa ilmu yang benar, maka yang diimaninya adalah juga ketidakbenaran.
Beribadah tanpa ilmu yang benar, maka cara beribadahnya
juga menjadi tidak benar.
Itu sebabnya, ritus ibadat dan jihad yang ngawur terjadi karena pelakunya tidak
tahu ilmu ibadat dan jihad yang benar.
Memang, setiap orang punya hak untuk mengklaim
sebagai yang paling benar pemahamannya, tapi sama sekali tidak punya hak untuk memaksakan kebenarannya itu kepada orang
lain.
Sebab, selama tidak merugikan orang lain, setiap orang berhak menentukan
sendiri jalan hidupnya.
Lagi pula, kebenaran hendaknya disampaikan dengan cara
yang benar, yang baik dan tepat.
Jangan sampai niat baik untuk mengajak pada
kebenaran, yang jadi kenyataan justru menambah musuh.
Ibarat lilin, ia dinyalakan tidak untuk disimpan di bawah tempat tidur; ia akan lebih bermanfaat jika ditaruh di atas meja.
Ia akan menerangi, dan bukan membakar.
Dan Islam itu menerangi, bukan membakar.
BAGIKAN/SHARE tulisan ini kepada teman-teman Anda yang lain.
SEMOGA BERKAH dan RIDHA ALLAH SWT terlimpah ruahkan kepada Anda sekeluarga.
(Alfa Qr)
Dan Islam itu menerangi, bukan membakar.
BAGIKAN/SHARE tulisan ini kepada teman-teman Anda yang lain.
SEMOGA BERKAH dan RIDHA ALLAH SWT terlimpah ruahkan kepada Anda sekeluarga.
(Alfa Qr)
1 komentar:
TIDAK PERLU berdebat..
Kita wajib mengajak pada kebenaran, tapi TIDAK WAJIB memaksa dan TIDAK WAJIB berhasil...
Kita CUKUP menjelaskan, TIDAK PERLU memvonis, TIDAK PERLU menghina..
Kewajiban kita hanyalah saling MENGINGATKAN dengan cara yang ma’ruf, BUKAN MENGHISAB dosa orang lain..
Biarkan orang lain TETAP pada keyakinannya, tokh masing-masing AKAN menanggung akibatnya...
Posting Komentar