BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Rabu, 22 Februari 2012

KEBEBASAN MEMILIH


Jika dari Bandung kita mau ke Jakarta, kita bisa bebas memilih naik bus --dengan berbagai merek perusahaan-- atau naik kereta api. 
Hanya saja kalau kita memutuskan untuk naik kereta api, cuma ada satu merek kereta api (karena hanya ada satu perusahaan kereta api) yang bisa kita naiki.

Terpaksa itu bila tak ada pilihan lain. 
Masuk Islam itu tidak dipaksa.  Manusia bebas untuk memilih: Masuk Islam atau tidak
Kalaupun terpaksa, itu karena Islam satu-satunya agama yang benar; andai ada dua atau tiga agama yang benar, kita tentunya bebas memilih yang lain.

“Tidak ada paksaan untuk masuk Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Qur’an, Al Baqarah [2]:256)

“Serulah manusia pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.. (Qur’an, An Nahl [16] :125)

“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.”  (Qur’an, Al Kahfi [18]:29)


Jelas, memaksa orang lain minum obat supaya sembuh, hanya dilakukan kepada orang yang kurang akal pikirannya. 
Orang yang normal akal pikirannya, yang tahu manfaat obat, tidak usah dipaksa minum obat.





TAK PERLU MEMAKSAKAN PEMAHAMAN

Mengajak, beda artinya dengan memaksa. 

Mengajak berarti menawarkan lebih dari satu pilihan, orang boleh menolak atau menerima ajakan.

Memaksa artinya mengharuskan dengan kekerasan. 
Kalaupun ada pilihan, maka pilihannya: Mau dipaksa atau --biasanya-- babak belur.


Mahasuci Allah yang menurunkan Islam dalam kelemahlembutan; yang membuat orang menganutnya karena kesadaran dan bukan karena ketakutan. 
Yang menjadikan penganutnya seharusnya memiliki jiwa besar, yang jauh dari sifat negatip; yang jauh dari sifat iri dengki apalagi kejam. 

Namun anehnya, ada saja orang yang tetap suka memaksakan kemauan dan pemahamannya kepada orang lain. 
Padahal Sang Penciptanya sendiri tidak memaksakan kehendakNya.

Munafiknya, satu saat dalam kehidupan duniawi ia menolak permintaan orang yang membutuhkan bantuan; sementara di lain waktu ia memaksa orang lain, dalam beragama, dengan alasan demi kebaikan.

Memang, kesamaan pemahaman bisa dipaksakan; namun kesamaan pemahaman serupa itu tidak akan berumur panjang. 
Sebagian orang akan menerimanya sebagai suatu keterpaksaan dan bukan karena kesadaran. 

Perjuangan, atau apapun namanya, untuk menegakkan suatu paham dengan paksaan semacam itu hanya akan merupakan kesia-siaan. 



(Alfa Qr)

1 komentar:

BEBAS MERDEKA BLOG (Alfa Qr) mengatakan...

Agama merupakan PILIHAN BEBAS bagi setiap individu untuk meyakininya..
Karenanya, mengapa harus ‘takut’ atau ‘marah’ JIKA ADA muslim yang berpindah keyakinan?
Begitu juga, mengapa nonmuslim harus ‘takut’ atau ‘marah’ JIKA ADA yang hijrah menjadi muslim..?
Biasanya OKNUM yang takut kehilangan umat atau jemaatnya, KALAU BUKAN pedengki, adalah mereka yang takut kehilangan ‘sumbangan’ dari jemaatnya….
Oknum seperti ini biasanya NUMPANG HIDUP dari perkumpulan atau jemaatnya; dan BUKAN bekerja semata-mata mengedepankan ‘kebenaran’ ajaran agamanya..