BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Kamis, 23 Februari 2012

Catatan-catatan kecil ini


Kumpulan catatan-catatan kecil ini sama sekali bukanlah kitab fatwa. 
Sebab sebuah fatwa selain mesti disertai dalil-dalil yang lengkap dan jelas, juga dalil-dalilnya harus bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya.

Kitab ini sekadar mengajak kita untuk membiasakan berpikir positip. 

Belajar untuk memahami pendapat orang lain yang berbeda, tapi tetap berdiri di atas kebenaran yang kita yakini. 
Belajar untuk tidak berburuk sangka, tapi juga tidak mengenyampingkan untuk mawas diri. 
Mengajak kita untuk merenung, untuk bisa memaklumi dan memaafkan kesalahan orang lain, sambil tetap berusaha mengajaknya pada kebajikan.

Selain itu, dan yang terutama, kitab ini sekadar mengajak kita untuk berusaha meletakkan sesuatu sesuai pada tempatnya. 

Misalnya, dalam masalah sedekah; selama ini, dalam kenyataannya, gembar-gembor dan anjuran bersedekah justru melahirkan lebih banyak muslim-muslim yang menunggu disedekahi daripada menjadikan Muslim yang ikhlas bersedekah. 
Melahirkan muslim-muslim yang malas, yang menunggu takdir.  

Anjuran bersedekah disalahtempatkan agar orang lain bersedekah kepada kita, dan bukan membuat kita rajin-rajin bersedekah.


Islam adalah agama yang berimbang dan adil. 
Dalam melihat orang lain yang membutuhkan pertolongan, Islam mengajarkan kita untuk bersedekah. 
Tapi dalam melihat diri sendiri, Islam justru mengajarkan kepada kita untuk tegar dalam menghadapi kesulitan. 

Islam memuji orang miskin yang tidak mau memperlihatkan kemelaratannya, yang sama sekali tidak mengharapkan sedekah maupun belas kasihan orang lain.

“Orang miskin sesungguhnya ialah orang yang tidak memiliki apa-apa untuk menutupi kebutuhannya, namun keadaannya itu tidak diketahui orang supaya orang bersedekah kepadanya, dan tidak pula dia meminta-minta ke sana ke sini. (HR. Muslim)


Islam mengajarkan Muslim, selain harus memiliki kelembutan hati dan rasa cinta kasih, untuk menjadi manusia yang berani dan tegar. 
Menjadi manusia yang berusaha memanfaatkan waktu sehat dan waktu luangnya dengan sebaik-baiknya. 

Manusia yang selalu --dan selalu-- berusaha merubah nasib, tapi tabah dalam melihat hasil akhirnya; bukan jadi pengemis, bukan jadi peminta-minta belas kasihan orang lain. 
Islam justru ‘mengancam’ orang-orang lemah ini, ketika kiamat tiba, sebagai orang-orang yang datang dengan muka tanpa daging.

Namun begitu, sebagai agama yang berimbang dan adil, Islam pun mengajarkan kepada kita untuk tidak menolak pemberian yang tidak kita minta. 
Menolak pemberian, sepertinya kita menghalangi orang lain itu untuk mendapatkan pahala (dengan berbuat baik).
Jadi, biarlah sedekah itu datang dengan sendirinya tanpa kita meminta-minta. 
Mengemis atau mengharap sumbangan adalah pekerjaan paling hina bagi seorang Muslim yang diberi Allah SWT kesehatan fisik. 






BUKAN KITAB SEJARAH

Perlu juga dimaklumi, selain bukan kitab fatwa, buku ini juga bukan kitab sejarah. 
Oleh karenanya, dalam bab Muhammad Saw tidaklah dimuat tempat dan tanggal lahir Nabi, atau siapa ayah dan ibu Nabi. 
Dalam bab tersebut justru yang lebih ditekankan adalah bagaimana Rasulullah Saw meringankan umatnya.

Begitu pula dalam bab Al Qur’an, tidaklah dimuat kapan dan di mana ayat Qur’an pertama kali diturunkan, atau berapa banyak surat dan ayat di dalamnya. 
Dalam bab tersebut justru yang lebih ditekankan adalah bagaimana seharusnya kita memberlakukannya sebagai pegangan hidup. 
Bagaimana seharusnya kita menutup celah sekecil apa pun dari upaya perubahan isi dan, terutama, fungsi Qur’an.

Namun, sekali lagi, kumpulan catatan-catatan kecil ini hanya sekadar mengajak untuk merenung. 
Penulis maklum, di mana pun, teori lebih mudah dibikin daripada dipraktekkan. 
Nasihat lebih mudah didengarkan ketimbang diamalkan. 

Begitu pula isi buku ini lebih mudah dibaca daripada dilaksanakan. 
Oleh karenanya, pada akhirnya, semuanya terpulang juga pada kemauan kita untuk merubah diri kita sendiri.


Hanya saja perlu dimaklumi, dari cara berpikirnya, manusia bisa dibagi dalam tiga jenis.

Pertama, yang menutup wawasan berpikirnya, yang tetap berpegang pada warisan tradisi; yang dibelenggu kejumudan dan tidak kritis. Lebih mengutamakan nurani ketimbang logika. Biasanya pengikut paham yang berpikiran kuno, yang mudah ditipu dengan jimat dan ramalan khurafat.

Kedua, yang amat sangat terbuka cara berpikirnya; yang selalu mencari alternatif lain, yang mencari perubahan yang dinilainya lebih baik. 
Realistis dan pragmatis; menilai sesuatu berdasar kenyataan dan pengalaman. 
Mendewakan logika, menomor duakan nurani. 
Modernis yang cenderung, kalau tidak hati-hati, menjadi atheis.

Ketiga, yang terbuka wawasan berpikirnya, tapi meletakan sesuatu sesuai pada tempatnya. 
Kritis tapi hati-hati, penuh pertimbangan. 
Bercita-cita tapi menyesuaikan diri dengan kemampuan. 
Berpengharapan tapi juga bertawakal. 
Logika dan nuraninya berjalan seiring. 
Meyakini adanya yang gaib, tapi tidak diperbudak takhayul.


Penulis percaya, siapa pun yang masih memiliki sifat sabar, yang masih memiliki serpihan kelembutan hati, bisa mengambil beberapa manfaat dari kitab kecil ini.

Perlu diketahui, berbeda dengan saat pertama kali diterbitkan (Rabiul awal 1419H, Juli 1998), sekarang, “Harapan & Realita” dibagi dalam lima bagian (kitab): Kebebasan Memilih, Memahami Perbedaan, Yang Perlu Disadari, Sesuai Kemampuan, dan Sebuah Harapan.

Semoga Allah Yang Mahasuci Mahatinggi senantiasa merahmati dan membukakan pintu hati kita ke arah kebenaran.

Segala puji hanya bagiMu, ya, Allah. 


TULISAN DI BLOG BEBAS MERDEKA PISAN, BEBAS UNTUK DICOPY, DIPRINT, DIBAGIKAN, DAN DISEBARLUASKAN..
(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: