BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Senin, 27 Februari 2012

USAHA dan MORALITAS


Kita mungkin ingat peristiwa pada hari dan tanggal yang sama di tahun yang telah lewat, tapi mustahil tahu apa yang akan terjadi pada hari dan tanggal yang sama di tahun yang akan datang; sebab masa depan mustahil dipastikan, tapi kita bisa menapakinya berbekal pengalaman.

Sayangnya, tidak sedikit Muslim yang bertumpu pada ramalan masa depan, ketimbang belajar pada masa silam. 
Tidak sedikit Muslim yang diam saja, yang menunggu takdir baik sesuai ramalan orang gila. 
Tidak berusaha sepenuh hati untuk belajar mencari ilmunya orang-orang sukses di masa lalu. 
Tidak tekun, bisanya cuma iri. 
Tidak berani menghadapi kesulitan sendiri; takut resiko sebelum mencoba. 
Padahal, jika sudah dijalani, kadang muncul sebuah kemampuan yang tidak terduga, yang selama ini kita tak menyadari bahwa kita memilikinya.


Lagi pula, tanpa melalui kesulitan, tanpa sebuah perjuangan yang berliku, apa yang kita raih bukanlah sebuah kesuksesan. 
Itu, tidak lebih, hanya satu kebetulan. 
Dan sebuah kebetulan, tak patut dibanggakan.

Mesti diingat, orang yang meraih sukses dengan usaha sendiri, lebih dihormati ketimbang orang yang hebat hanya karena adanya koneksi orang lain. 
Lebih dikagumi daripada orang yang hebat --atau merasa hebat-- hanya karena menyandarkan dirinya pada silsilah keturunan.










JANGAN SUKA MENGGANTUNGKAN PADA BANTUAN

Dunia bukan tempat yang sempurna; kaya dan miskin, seperti juga sehat dan sakit, adalah sebuah realita yang bisa berputar. 

Karenanya, kita tak perlu memuji-muji seseorang secara berlebihan, sebab bisa jadi satu saat ia akan mengecewakan kita. 
Tapi juga jangan menjelek-jelekkan seseorang, sebab bisa jadi satu saat ia akan menolong kita.


Hanya saja, dalam memecahkan masalah, jangan terlalu menggantungkan harapan kepada pertolongan orang lain. 
Karena mustahil orang lain harus bisa memecahkan semua persoalan orang lainnya, sebab setiap orang juga punya masalah yang harus diselesaikan.


Seorang Muslim, dengan kekuatannya sendiri, harus berusaha merubah hidupnya sendiri. 

Harus berusaha bukan hanya mesti lebih baik dari orang lain, tapi juga harus bermanfaat bagi orang lain. 
Artinya, dalam meraih usahanya itu seorang Muslim jangan sampai menzalimi hak-hak orang lain
Jangan jadi pemeras, tapi juga jangan jadi pengemis.


Rubahlah lebih dulu nasib diri kita sendiri, bukan nasib orang lain. 

Berusahalah, jangan takut gagal. 
Bagaimana tahu akan gagal jika kita tidak mau menekuninya. 
Andaipun tak sesuai dengan harapan, kita sudah menunjukan bahwa kita telah berusaha; bahwa kita bukan Muslim yang malas. 

Walau memang, tak perlu memungkiri realita, tekun dalam berikhtiar itu hanya mudah dalam teori. 

Yang jelas, akan menjadi sebuah kepuasan tersendiri ketika kita bisa menuntaskan satu tantangan, yang orang lain mengira kita tidak mampu menyelesaikannya.









PENGABAIAN MORALITAS

Semestinya hidup seorang Muslim itu bahagia dan membahagiakan orang lain; tapi dalam realitanya banyak Muslim yang hidupnya sengsara dan menyengsarakan orang lain.

Itu terjadi, karena banyak Muslim yang tidak maksimal dalam bekerja dan sedikit dalam beribadahnya. Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk rajin mencari harta dunia seolah-olah kita akan hidup selamanya, dan memperbanyak ibadah seolah-olah kita akan mati besok.


Realitanya, keinginan untuk hidup mewah dengan cara yang cepat dan mudah, sering mendorong seseorang untuk mengabaikan tuntunan agama; yang menggiringnya untuk berbuat kejahatan. 
Itu sebabnya, tidak sedikit orang yang merasa intelek justru terlepas dari keintelekannya. 
Tidak sedikit orang beragama yang justru menanggalkan hati nuraninya demi meraih kesenangan duniawi yang kotor.


Tidak aneh lagi kita menyaksikan seorang Muslim yang membuang nilai-nilai moral dalam berbisnis. 
Tidak aneh lagi kita melihat seorang Muslim yang mengenyampingkan etika seorang negarawan dalam berpolitik. 

Padahal, hanya jika disertai kekuatan moral yang bersih, sebuah keberhasilan akan membuahkan keberkahan. 
Sebaliknya, sukses yang didapat dengan moralitas kotor, cepat atau lambat, akan jadi musibah.









MORALITAS DALAM BERUSAHA

Setiap orang punya kekurangan; pernah gagal dan pernah berbuat salah. 
Karenanya, orang sukses bukan berarti orang yang tak pernah gagal atau tak pernah berbuat kesalahan. Yang pasti, perjalanan hidup itu penuh warna-warni dan --ada kalanya-- bisa berubah secara drastis.

Realitanya, perjalanan kehidupan layaknya permainan game, tidak seorang pun yang bisa menebaknya dengan kepastian yang mutlak. 
Ada kalanya tidak sesulit yang kita perkirakan, namun --harus selalu diingat-- lebih sering tidak semudah yang kita bayangkan.  

Amat wajar, semakin kita menginginkan sesuatu, biasanya semakin sulit kita mendapatkannya.  

Yang penting, yang harus ditanamkan dalam diri kita, dalam hidup selalu ada harapan
Karenanya, tidak layak bagi seorang Muslim untuk putus asa.


Ibarat permainan game yang ringan, atau dimainkan di level very easy, perjalanan hidup seseorang bisa saja tanpa riak; tanpa ada kendala yang berarti. 

Sebaliknya, ibarat main di level hard pada permainan game yang berat, ada kalanya perjalanan hidup seseorang penuh dengan rintangan, penuh dengan gelombang besar; penuh rasa sakit dan lebih besar kemungkinannya untuk gagal.


Yang pasti, sukses bermain di level hard pada game yang berat, memiliki nilai kebanggaan dan kepuasan tersendiri. 

Begitu juga nilai hidup kita, kepuasan tidak dinilai dari keberhasilannya semata-mata, tapi dari cara bagaimana kita meraihnya.   

Karena itu, orang yang hebat dengan cara mudah yang tidak bermoral, tidak patut bangga dengan kehebatannya
Baik di dunia, dan terlebih di akhirat.




(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: