BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Minggu, 26 Februari 2012

Dongeng Sufi


Ada seorang sufi yang amat sangat cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Ia senantiasa berpasrah diri kepada Allah dalam semua perkara, dan senantiasa berzikir memuliakanNya. 
Ia tidak pernah mau memohon kepada Allah untuk meminta sesuatu yang bersifat keduniawian.

Ia sama sekali tidak membela diri tatkala dituduh telah membunuh orang, padahal hakim menjatuhinya hukuman gantung. 
Saat tali gantungan siap menjerat lehernya pun, ia hanya tersenyum. 
Pada saat itulah, sang pembunuh yang sebenarnya --yang hadir di sana-- mengakui perbuatannya. 

Apa kemudian yang dilakukan sang sufi? 
Ia malah meminta kepada hakim untuk membebaskan si pembunuh.

Ketika ditanya mengapa ia tidak membela diri atau berdoa kepada Allah mohon pertolongan. 
Ia mengatakan, bahwa ia merasa tidak perlu meminta agar Allah merubah kehendakNya; digantung boleh, tidak digantung tidak apa-apa. 
Ia hanya meyakini, bahwa apa pun yang diperbuat Allah kepadanya adalah yang terbaik yang dikehendakiNya.


Pasrah total tanpa berusaha seperti di dalam dongeng sufi di atas, tidaklah mencerminkan ajaran Islam yang sesungguhnya.  [1] 

Tuntunan Islam, selain mengajarkan harus berusaha merubah keadaan, justru mengharuskan orang beriman yang butuh pertolongan untuk berdoa memohon kepada Allah --bukan kepada yang lain-- dengan penuh keyakinan. 
Sesuai firmanNya dalam Al Qur’an, surat Al Mu’min [40]:60,

“..Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kukabulkan permintaanmu..”





HARUS SEIMBANG DALAM BERIBADAH

Tuntunan agama Yahudi dalam pelaksanaan seremonial peribadatan cenderung kepada bermegah-megah; yang memamerkan keberhasilan duniawi. 

Sementara perintah Yesus dalam beribadah lebih menyuruh kepada hal yang bersifat menjauhi materi dan kesenangan duniawi; yang mengharuskan kepada pelayanan dan kasih semata-mata. [2] 

Sedangkan tuntunan Islam, dalam berbakti kepada Allah, manusia harus membaca; harus memiliki ilmu pengetahuan dari yang dilakukannya. 
Harus seimbang antara mendirikan ritus ibadat dengan beramal baik kepada lingkungannya. 

Muslim tidak melulu menyibukkan diri dalam kegiatan spiritual, tapi juga tidak membabibuta dalam kehidupan materialnya.








HARUS BERUSAHA BERUBAH

Agar tidak tenggelam, selain memohon pertolongan Allah, orang harus berusaha berenang. 
Selamat atau tidak, itu baru takdir Allah. 

Muslim yang ingin selamat yang hanya mohon pertolongan Allah tapi tidak berusaha berenang, adalah salah. 
Yang tidak mohon pertolongan Allah dan tidak berusaha berenang, padahal ingin selamat, bukanlah seorang Muslim.


Dalam Islam, manusia dianjurkan berusaha dengan praktek nyata ketika menapaki keinginannya; dan berdoa hanya kepadaNya, tidak kepada yang lain, ketika membutuhkan pertolongan. 

Pasrah total, dalam arti tidak berbuat apa-apa, tidak ada dalam kamus Islam. 
Takdir dalam Islam adalah berusaha pindah dari suatu perkara ke perkara lain yang lebih baik.

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”  (Qur’an, Ar Ra’d [13]:11)

Ayat ini menunjukkan, bahwa manusia diberi kebebasan untuk mengukir jalan hidupnya sendiri.







ILUSI PENGLIHATAN

Pola gambar tumpang tindih, seperti pola anyaman tikar, kadang  menghasilkan efek ilusi tiga dimensi. 

Artinya, jika gambar tersebut dilihat agak lama dengan fokus ke tengah gambar, kita akan melihat gambar tersebut menjadi memiliki efek kedalaman.


Saat ini, dengan rekayasa komputer, hasil efek tiga dimensi tersebut, bisa berbeda dengan gambar aslinya. 
Contohnya, gambar yang sekadar garis yang tak beraturan, jika dipandang lama dan fokus ke tengah gambar, bisa menghasilkan gambar berupa hewan atau manusia. 

Hanya saja, kemampuan untuk bisa melihat efek ilusi tiga dimensi tersebut pada tiap orang berbeda; malah ada orang yang sama sekali tidak bisa melihatnya.


Dari fenomena di atas, bisa ditarik pelajaran:  
Pertama, bahwa apa yang kelihatan oleh mata kita pada hakekatnya adalah apa yang otak atau pikiran kita lihat; 
Kedua, kita jadi tahu bahwa kemampuan tiap manusia adalah berbeda dalam melihat atau memahami sesuatu (termasuk  memahami ajaran agama);  
Ketiga,  dibalik ‘sesuatu’ itu dimungkinkan adanya hakekat lain yang hanya bisa diketahui oleh orang-orang tertentu saja.

Oleh karenanya, pemahaman tasawuf yang benar dimungkinkan bisa dicapai oleh Muslim yang benar-benar mendalaminya secara benar, yang memasrahkan semua yang dilakukannya hanya kepada ridha Allah SWT.

Sebaliknya, pemahaman tasawuf yang ngawur bisa menimpa orang yang diperbudak oleh khurafat; yang lebih mengeramatkan para wali dan orang soleh. 
Yang merasa melakukan suatu kebajikan, tapi justru terperosok pada perkara yang malah diharamkan agama; yang menjerumuskan pada kemusyrikan. 


Padahal mesti diingat, ayat yang mewajibkan hanya beribadat kepada Allah --sebab sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah-- berkali-kali diulang-ulang di dalam Al Qur’an.








DI ANTARA CIRI PELAKU TASAWUF YANG TIDAK BENAR

Para pelaku tasawuf yang ngaco kadang mengaku mereka berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melakukan dialog denganNya. 
Padahal dalam akidah Islam yang lurus, tidak ada satu manusia pun yang pernah bertemu Allah atau berhadapan secara langsung.

Mereka mengklaim tahu yang gaib. 
Padahal tidak seorang pun, termasuk Rasulullah Saw, bisa tahu pasti apa yang akan terjadi besok.

 “Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut) ‘Insya Allah’..” (Qur’an, Al Kahfi [18]: 23-24)
 “Katakanlah, ‘Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu...’” (Qur’an, Al Ahqaaf [46]:9)

Karenanya, azlaam --meramal dengan mengundi-- merupakan satu hal yang zalim, satu hal yang amat sangat diharamkan dalam Islam.

Sebenarnya, ajaran Islam itu mudah dan masuk akal. 
Ajaran yang ngaco malah membuat yang mudah itu kadang menjadi tidak jelas.








SITUASI BERBEDA

Jika para guru sufi dan ulama tempo dulu hidup di zaman dan situasi sekarang --yang memiliki sarana seperti telepon dan pesawat terbang-- maka ajaran mereka mungkin tidak akan seperti yang mereka tulis. 
Sebab mesti diingat, walau tempatnya sama, pada waktu yang berbeda kita bisa menjumpai kondisi dan situasi yang berlainan.

Contohnya, di masa dulu khurafat amat dominan; sekarang, terbelenggu takhayul merupakan kebodohan. Padahal tidak sedikit ajaran ulama masa lampau tercampuri takhayul yang bertentangan dengan tuntunan Nabi Saw

Karenanya, walau kadang diperbaharui oleh guru-guru sufi berikutnya, ajaran sufi biasanya hanya sesuai dengan masa mereka sendiri.


Realitanya, orang di zaman sekarang dihadapkan kepada godaan dan perangkap setan yang lebih banyak dan lebih beragam. 
Orang dahulu akan melihat kejahatan hanya bila keluar rumah, orang sekarang bisa melihat contoh buruk di dalam rumah (di internet dan di televisi).   

Jadi amatlah pantas bila orang di zaman sekarang mengenal ikhlas, qanaah, dan kebajikan hanya sekadar sebuah semboyan, dan bukan sebuah praktek.

Padahal, camkan, seperti juga sebuah permainan, tidak ada hidup yang tak pernah berakhir. 
Dan kita harus siap di ‘lapangan’ berikutnya.

Yang pasti, kita harus menabur sebelum menuai. 
Kita harus berinvestasi sebelum meraih keuntungan.



 “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. 
Tangan yang di atas adalah tangan yang memberi,
sedangkan tangan yang di bawah ialah tangan yang meminta.”
(HR. Muslim)


(Alfa Qr)



[1]  Material berkaitan dengan lahiriah (bersifat keduniawian), spiritual berkaitan dengan batiniah (bersifat ruhaniah). Orang yang waras akal pikirannya mustahil terluput dari keinginan yang bersifat material maupun spiritual. Realitanya, sukses dalam material membuahkan kegembiraan, sukses dalam spiritual melahirkan ketenteraman. Yang jelas, harap dicatat, berusaha meraih ketenteraman jiwa dengan meninggalkan kehidupan duniawi bukan berasal dari tuntunan Islam.
[2]  Ironisnya, saat ini, bermegah-megah dalam peribadatan cenderung dipraktekkan oleh hampir semua pemeluk agama, termasuk pemeluk agama Kristen.

Tidak ada komentar: