BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Senin, 27 Februari 2012

SEBUAH HARAPAN


Selama ini, kita --umat pilihan-- lebih sering hanya menyibukkan diri dengan masalah-masalah remeh. Bertele-tele untuk hal yang sepele, malah dengan perkara-perkara yang sama sekali tak diperintahkan agama.

Kenyataannya kita lebih pandai membuat masalah daripada menyelesaikan persoalan. 
Lebih suka mengorek-ngorek keburukan, ketimbang mencari yang baiknya. 
Mengabaikan sikap toleransi dan menghargai. 
Lebih mengedepankan sikap mau menang sendiri, ketimbang mengutamakan persatuan umat. 
Membesar-besarkan perbedaan paham yang tidak sepatutnya dijadikan perselisihan. 
Salah kaprah dalam menempatkan sesuatu yang dibolehkan dan yang dilarang, yang hak dan yang wajib. Mengaburkan tuntunan agama; menyuruh orang lain untuk rajin bersedekah, sementara pada kenyataannya kita sendiri menunggu untuk disedekahi.

Dan yang lebih parah, kita suka mempersulit perkara-perkara yang sebenarnya ringan, tapi menganggap enteng perkara-perkara yang jelas dilarang

Memperumit definisi istilah-istilah syareat, dan bukan mencari hakekat yang mudah dipahami orang awam. Menganggap agama seakan-akan hanya milik orang-orang pintar, yang berdampak orang awam jadi menjauh dari tuntunan agama. 
Contohnya, karena ditakut-takuti seakan-akan kesalahan membaca Qur’an merupakan dosa yang tidak terampuni, tidak sedikit orang awam biasa malah menjadi malas membaca Qur’an. 
Padahal tujuan agama adalah untuk kemanfaatan seluruh manusia, yang kebanyakannya adalah orang awam biasa. 
Seharusnya disadari bahwa yang paling penting adalah meresapi dan mengamalkan isi Qur’an tersebut.

Semoga hal-hal di atas menyadarkan kita. Sudah saatnya kita keluar dari keterbenaman kita selama ini di lautan ketidaksadaran; dari perasaan superhebat yang mengharuskan orang lain mesti hebat seperti kita.   
Begitu pula, semoga kita bisa melepaskan diri dari lumpur perselisihan yang tidak ada akhirnya; berjiwa besar untuk saling memaafkan.

Realitanya, kita hanya bisa menilai keburukan orang lain. 
Padahal jika kita berada dalam situasi dan kondisi seperti orang tersebut, bisa jadi kita lebih jahat dari orang itu
Semestinya diingat, kalau kita tidak suka pada keburukan yang dilakukan orang lain, seharusnya kita lebih tidak suka kepada kejelekan yang ada di diri kita sendiri. 
Lagi pula, jika kita tak bisa memaafkan, apa bedanya kita dengan mereka.

Semoga mulai hari ini, kita bukan hanya sekadar mimpi jadi umat ‘pilihan’. 
Bukan sekadar berharap jadi umat yang penuh rahmat, penuh berkah; tapi dalam realitanya penuh musibah.

“Seseorang hendaklah menolong saudaranya yang zalim
maupun yang dizalimi. Jika dia zalim cegahlah dia,
dan jika dia dizalimi bantulah dia.”
(HR. Muslim)

(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: