Jasmani --tubuh, badan, jasad, raga--
manusia bersifat kasar, zahir dan kasat mata. Bentuk dan dzatnya bisa kita
lihat dan diketahui.
Saat lahir, jasmani
setiap manusia berbeda. Ada yang kulitnya hitam ada yang kuning; ada yang
hidungnya mancung ada yang tidak.
Gen orang tuanya terekam dalam tubuh si anak,
yang menjadikan adanya keterkaitan keluarga di antara yang melahirkan dan yang
dilahirkan; yang berlanjut pada hubungan kekerabatan di antara turunan-turunan
berikutnya.
Jadi, adik kandung dan kakak kandung, hakekatnya adalah keterkaitan secara jasmani; begitu juga ayah atau kakek moyang.
Karena itu, kecacatan baik
fisik maupun mental yang dialami seorang manusia bukanlah karena kutukan, melainkan karena ada keterkaitan dengan
gen [1] kakek moyangnya.
Realitanya, bentuk
maupun pertumbuhan jasmani tergantung kepada hukum alam, yang dalam Islam
disebut sunatullah. Yaitu ketetapan Allah yang berupa ketentuan yang sudah
dibakukan atau distandarkan.
Contohnya, anak yang lahir dari ibu yang sehat
berbeda dengan anak yang lahir dari ibu yang menderita AIDS, walau ibunya
itu-itu juga.
Jadi, kelebihan atau kekurangan yang dimiliki jasmani seorang
anak, sering terkait dengan kelebihan dan kekurangan kondisi jasmani
orangtuanya pada saat awal proses pembuahan (bersatunya sperma dan sel telur),
baik terjadinya di dalam rahim ibunya ataupun dalam tabung di laboratorium.
Dari sebab itu,
suatu hal yang wajar jika kakak-adik yang dilahirkan dari orangtua yang sama,
selain memiliki wajah yang berbeda, mempunyai kelebihan atau kekurangan yang
berbeda pula. [2]
Semuanya jelas terkait dengan sunatullah
yang tak dapat dipastikan secara tepat sebab-sebabnya; tapi kita yakini tidak
terlepas dari 'kehendak' Allah Yang Mahaadil.
Kasus nyata
anak-anak yang menderita cacat jasmani yang hampir sama (dikarenakan ibu-ibunya
mengkonsumsi obat thalidomid yang sama di saat mengandung), menunjukkan
berlakunya sunatullah atau hukum alam tersebut.
Kecacatan jasmani yang dialami
anak-anak tersebut terjadi karena kesalahan si orangtua dalam pemakaian obat,
dan bukan kesewenang-wenangan Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Yang pasti, walau
jasmani setiap orang berbeda, ruh yang ditiupkan ke dalamnya memiliki sifat
yang sama, yaitu suci bersih.
Dari sebab itu, orangtuanya akan ikut diminta pertanggungjawaban --karena termasuk yang mempunyai peran-- bila kelak ia jadi orang yang berperilaku buruk.
Dari sebab itu, orangtuanya akan ikut diminta pertanggungjawaban --karena termasuk yang mempunyai peran-- bila kelak ia jadi orang yang berperilaku buruk.
KETERKAITAN SATU ORGAN DENGAN ORGAN JASMANI LAINNYA
Kemampuan interaksi antara satu organ dengan satu organ lainnya, tergantung
kepada kesempurnaan organ-organ jasmani tersebut.
Satu organ saja cacat
berfungsi, mekanisme jasmani akan terpengaruh.
Melihat anjing,
mengambil batu dan melemparnya, tampak sebagai perkara yang amat sepele.
Tapi kalau dirunut mata rantai
pengerjaannya, akan ditemukan suatu keluarbiasaan kerjasama antar organ.
Mata
yang melihat anjing mendekat, melapor ke otak; Otak memproses laporan tersebut
untuk membuat tindakan, yaitu keputusan untuk melempar anjing; Otak mengirim
instruksi ke mata untuk melihat sesuatu yang bisa dipakai untuk melempar; Mata
lapor ke otak melihat batu; Otak memerintahkan kaki untuk bergerak, bersamaan
dengan memerintahkan tangan untuk memungut batu; Otak memerintahkan mata untuk
melihat sasaran; Mata lapor ke otak melihat sasaran; Otak memerintahkan tangan
untuk melempar. Kalau
lemparan tidak kena, proses seperti itu akan diulang dan diulang lagi.
Begitu rumit
prosesnya, tapi begitu cepat pelaksanaannya.
Padahal, dibanding dengan semua
perkara yang dihadapi seorang manusia setiap harinya, perkara melempar anjing
hanyalah perkara kecil.
Jelas, prosesor ‘komputer’ yang ada di dalam diri kita
jauh lebih hebat ketimbang prosesor Pentium yang berkinerja ratusan megahertz.
KEMAMPUAN OTAK YANG BERBEDA
Otak adalah benda fisik, ia termasuk bagian dari jasmani manusia.
Karenanya,
selain oleh faktor gen keturunan dari nenek moyang, kemampuan otak
dimungkinkan berkurang oleh sebab yang bersifat fisik pula; seperti oleh virus
(penyakit) atau oleh sebab kecelakaan.
Yang jelas, otak
adalah satu-satunya organ jasmani yang membuat seorang manusia dituntut
beragama.
Artinya, selama otaknya tidak cacat, seorang manusia akan diminta
pertanggungjawaban untuk semua yang dikerjakannya di dunia.
Realitanya, menurut
para ahli syaraf, pola tingkah laku tertentu berhubungan dengan tempat-tempat
tertentu di dalam otak.
Catatan:
- Bakat atau keahlian tertentu dari orang tua dimungkinkan menurun kepada anaknya. Tapi sifat-sifat baik-buruk --seperti jujur atau licik, rajin atau malas, pemurah atau kikir, penyabar atau pemarah, pemberani atau penakut-- selain disebabkan hasil didikan orangtuanya, lebih terkait dengan pengaruh situasi dan kondisi lingkungannya. Lebih disebabkan tempaan pengalaman yang dialaminya, dan bukan karena faktor gen.
- Mata, otak, kaki, maupun tangan adalah organ-organ jasmani. Yang membuatnya bisa memproses pekerjaan pada hakekatnya adalah ruh. Tanpa ruh, organ-organ tubuh kita itu tidak ada artinya.
- Di dunia, jasad manusia merupakan benda fisik. Bagi kita Muslim awam, karena keterbatasan ilmu, kita tak perlu mempermasalahkan jasad kita di akhirat; apa sama persis dengan yang di dunia atau tidak.
(Alfa Qr)
[1]
Atau gena, dibentuk oleh DNA, deoxyribonucleic
acid, yaitu bahan kimiawi yang ada di setiap kromosom dalam setiap sel makhluk hidup; yang merupakan pembawa
sifat. Karenanya, anak yang mengalami kecacatan saat dilahirkan merupakan
ujian bagi orangtuanya, dan bukan musibah apalagi kutukan. Allahu Akbar.
[2]
Sebaliknya, kita sering melihat ada orang-orang yang memiliki raut wajah
yang sama atau kemampuan berpikir yang mirip, padahal berlainan orangtua atau
malah berlainan sukubangsa. Yang menunjukkan adanya pengaruh gen orang
terdahulu.
1 komentar:
Manusia walau berbeda-beda etnis atau ras tetap hanya SATU species. Untuk berkembang biak, manusia dari ras atau etnis apapun BISA KAWIN dengan manusia dari ras atau etnis manapun…
Hewan terdiri dari BERBAGAI species; dan mereka HANYA KAWIN dengan spesies yang SAMA: harimau dengan harimau, buaya dengan buaya, anjing dengan anjing.
Begitu juga burung (unggas), ikan, serangga cenderung HANYA KAWIN dengan kelompoknya; perkutut dengan perkutut, gelatik dengan gelatik, salmon dengan salmon, teri dengan teri, tawon dengan tawon, kecoa dengan kecoa..
Kecenderungan membeda-bedakan ras atau etnis merupakan kecenderungan hewani..
Semua ras atau etnis manusia SAMA martabatnya; TIDAK ADA etnis yang hina, begitu juga TIDAK ADA ras yang mulia..
Posting Komentar