BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Sabtu, 25 Februari 2012

Membatasi kewenangan


Tak satu pun warganegara biasa yang waras pikirannya menginginkan peperangan atau anarkisme. 
Di negara mana pun, yang diinginkan setiap warga negara yang normal adalah rasa aman dan damai, baik lahir maupun batin. 
Bebas dari rasa takut untuk mengemukakan pendapat, sama seperti jauhnya dari rasa takut dirampok penjahat atau diperas pejabat. 

Untuk mewujudkan harapan memiliki negara yang makmur sejahtera tersebut, jelas diperlukan pemerintahan yang berjalan baik. 
Pemerintahan yang selain hukumnya baik dan didukung oleh aparat yang benar-benar berakhlak dan ahlinya, juga dipimpin oleh orang yang bijak.

Yang jadi pertanyaan, bagaimana kita yakin seorang pemimpin akan tetap berlaku bijak? 
Padahal sifat baik-buruk itu relatif, sebab tidak ada jaminan orang baik akan tetap baik. 
Sebenarnya, jika lubang kuncinya jelas, anak kuncinya juga jelas. 
Agar seseorang tetap bijak dalam memimpin pemerintahan, ia harus dibatasi kewenangannya oleh undang-undang.

Yang pasti, orang yang akan diangkat jadi kepala pemerintahan semestinya tahu soal pemerintahan, walau minim sekalipun. 
Agar pemerintahannya berjalan baik, orang bijak bisa mengambil orang lain yang ahli untuk membantunya. 
Sebaliknya, seorang pemimpin yang sekadar jago berpidato dan berpolitik, bisa saja menggunakan keahliannya tersebut untuk kepentingannya, dan bukan untuk kebaikan rakyatnya. 



SEKADAR BISA BICARA DAN BERTEORI

Ciri dari negeri-negeri yang kebanyakan tokoh-tokohnya suka memperpanjang masalah tetek-bengek, dan bukannya memecahkan masalah penting, adalah negeri yang amburadul.  

Negeri yang anggota parlemennya piawai bikin aturan, yang pintar merancang dan menghias undang-undang, tapi manfaat dalam praktek nol besar. 
Negeri yang para wakil rakyatnya pandai merangkai kalimat yang menakjubkan di kolom-kolom surat kabar, yang lihai dalam berargumentasi, tapi perilakunya amoral dan korup. 
Yang para politikusnya suka membesar-besarkan masalah remeh-temeh, tapi tak becus mengurus perkara yang benar-benar sangat mendesak.

Yang jelas, sebuah parlemen yang diisi wakil-wakil rakyat yang jujur dan adil, juga ramah dan murah hati, lebih berharga daripada sebuah parlemen yang dipenuhi intrik dan basa-basi protokoler yang kaku; yang dihuni badut-badut yang egois, yang serakah dan tidak jujur.

Catatan:
  • Penguasa yang bijak bukan hanya bisa berwacana dan berslogan, tapi harus dapat berkomunikasi, menggerakkan, dan memotivasi aparat maupun rakyatnya untuk mencapai tujuan bersama dalam bernegara.
  • Penguasa yang jelek adalah yang tidak bertanggungjawab dan tidak mau introspeksi; yang hanya bisa mencari kambing hitam. Seperti kata orang bijak, ‘Tukang yang tidak pandai selalu menyalahkan alat-alatnya’.
(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: