BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Sabtu, 25 Februari 2012

Tafsir dan tawil


Seperti bahasa-bahasa lain, bahasa Arab pun mengenal ungkapan  atau kata kiasan. 

Namun hanya sedikit ayat-ayat Qur’an yang memerlukan penafsiran atau penakwilan. 
Sebagian besar ayat Qur’an bisa dipahami dengan jelas oleh orang paling awam sekalipun. 

Yang justru harus dihindari adalah menawilkan kata atau kalimat yang sebenarnya telah jelas, baik makna maupun tujuannya. 

Realitanya, tafsir biasanya ditujukan untuk menerangkan kata-kata yang dianggap ganjil. 
Sedangkan takwil untuk mengungkap susunan kalimat yang dirasa mempunyai kelainan.

Buat orang awam, penafsiran dan penawilan cukup diartikan sebagai penjelasan secara lain yang berbeda dengan yang tertulis. 
Atau penerjemahan ke pemahaman yang lain, yang tidak sama dengan yang tertulis. 
Contohnya, untuk menghindari penyerupaan Allah dengan makhlukNya, wajah dan tangan Allah ditawilkan sebagai dzat dan kekuasaanNya.


Dalam prakteknya, penafsiran tiap ulama bukan saja sering tidak sama, kadang malah berbeda jauh. 
Bahkan dalam definisi tafsir dan tawilnya pun, bisa saja para pakar ini berlainan pendapatnya; itu dimungkinkan karena cara yang ditempuh juga berbeda. 

Hanya saja bagi kita Muslim awam biasa, akan lebih selamat jika mengikuti arti yang tertulis jelas sesuai zahirnya kalimat saja terlebih dulu. 
Kita baru mengikuti penafsiran salah satu pakar itu, bila kita melihat bahwa penafsirannya tidaklah menyimpang jauh dari yang tertulis sesuai zahirnya ayat tersebut; dan terutama dari dalil-dalil yang dikemukakannya. 
 
Hendaknya diingat, tak sedikit orang yang menafsirkan ayat Qur’an hanya berdasar hawa nafsu atau hanya untuk kepentingan golongannya. 

Yang jelas, selama penafsirannya tak menyimpang jauh dan beritikad baik, kita harus menghormati penafsiran orang lain yang berbeda.







AL QURAN DAN IPTEK

Selama ini, penafsiran atau penawilan Qur’an sebatas pemahaman yang bisa diterima pada masanya. 

Namun, mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi saat ini, terkuak adanya kabar masa depan yang tersembunyi pada ayat-ayatnya. 

Sebagian ulama menganggapnya sebagai bagian dari mujizat ilmiah Al Qur’an. 

Sementara sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa mengaitkan masalah ilmu pengetahuan (sains, science) dengan Qur’an sebagai satu hal yang tidak berdasar dan tidak boleh. 
Alasannya, sifat hukum sains (teori-teori keilmuannya) bisa saja berubah bila ada penemuan baru. Sedangkan ayat Quran, yang merupakan petunjuk akidah dan hidayah, adalah sesuatu yang tetap dan pasti.


Terlepas dari keyakinan pemahaman masing-masing pihak, tak ada salahnya kita mengetahui mujizat ilmiah Al Qur’an tersebut. 
Masalah setuju dan tidak setujunya, kita serahkan kepada masing-masing individu. 

Yang jelas, adanya fenomena alam tersebut justru semakin meyakinkan kita akan adanya Penguasa sekaligus Pengatur alam semesta ini.











BEBERAPA CONTOH YANG DIANGGAP MUJIZAT ILMIAH QURAN
  • Perasaan sesak, yang diakibatkan kekurangan oxygen, yang dialami penerbang bila terbang makin tinggi. Dikabarkan dalam surat Al An’aam [6]:125, “..niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit..”
  • Mendahului penemuan sains moderen tentang angin yang mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Surat Al Hijr [15]:22 “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan, dan Kami turunkan hujan dari langit..”
  • Teori sains moderen berpendapat awal kehidupan berasal dari air. Surat Al Anbiyaa’ [21]:30, “..bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
  • Bumi berputar (beredar). Surat An Naml [27]:88, “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan..”
  • Menurut teori modern, alam semesta awalnya berupa kabut gas. Surat Fushshilat [41]:11, “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap..”
  • Pada masa Qur’an diturunkan, manusia beranggapan hujan semata-mata berasal dari langit. Amat wajar mereka menyembah dewa hujan, seperti juga mereka mengagungkan dewa matahari atau dewi bulan. Mereka tak pernah tahu bahwa hujan berasal dari penguapan air laut yang asin. Secara tersembunyi, Qur’an mengabarkan bahwa hujan merupakan hasil proses penguapan air laut yang asin. Surat Al Waaq’iah [56]:69,70. “Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?”
  • Tak ada orang yang memiliki sidik jari tangan yang sama dengan yang dipunyai orang lain, yang membedakan satu manusia dengan manusia lainnya. Surat Al Qiyaamah [75]:4, “Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”










CERITA TENTANG KEAJAIBAN ADA DI BERBAGAI AGAMA...

Salah satu ciri orang yang hatinya tidak bersih, adalah orang yang cenderung menawilkan ayat-ayat mutasyabihat hanya karena hawa nafsu, tapi melalaikan ayat-ayat muhkamat (yang jelas, yang mudah dipahami).

Karenanya, bagi Muslim awam, jangan terlalu menaruh ketertarikan kepada perkara-perkara yang dikaitkan dengan mujizat atau keajaiban. 
Sebab tak semua penafsiran atau pemahaman ulama yang dikaitkan dengan masalah keajaiban bisa dipertanggungjawabkan. 

Lagi pula, sesuatu yang dinilai keajaiban bisa dialami orang dari berbagai agama.

Yang jelas, seandainya Allah memperlihatkan mujizatNya sekalipun, bagi orang-orang yang mengunci hatinya tetap saja tak akan beriman.



(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: