Seorang Muslim yang jadi politikus atau
negarawan harus bisa meletakkan keyakinan prinsipnya pada tempat yang tepat.
Sebagai negarawan,
walau tidak setuju dengan pendapat orang lain, ia harus menghormati orang lain
yang ingin merubah aturan-aturan yang ada di negaranya.
Tapi sebagai Muslim, ia harus menolak adanya keinginan dari orang lain yang akan merubah akidah agamanya; tanpa ada tapi atau alasan apapun.
Sebab aturan negara dan akidah agama adalah dua hal yang berbeda.
Tapi sebagai Muslim, ia harus menolak adanya keinginan dari orang lain yang akan merubah akidah agamanya; tanpa ada tapi atau alasan apapun.
Sebab aturan negara dan akidah agama adalah dua hal yang berbeda.
Artinya, dalam perkara yang bukan agama, seorang Muslim
harus berusaha untuk bertoleransi dengan pemahaman orang lain yang berbeda.
Dalam perkara yang berkaitan dengan agamanya, tak bisa tidak, seorang Muslim
tidak boleh mentolerir orang yang ingin merubah akidah Islam.
Sebab, setiap Muslim wajib menjaga kesucian akidah agamanya.
Sebab, setiap Muslim wajib menjaga kesucian akidah agamanya.
Keyakinan bahwa
Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan yang wajib
disembah, dan keyakinan bahwa Nabi Muhammad Saw
adalah nabi yang terakhir yang diutus Allah, merupakan akidah seorang Muslim
yang tak bisa ditawar.
Buat seorang Muslim, urusan keimanan orang lain yang
bukan Muslim (atau tidak beragama sekalipun) merupakan urusan orang itu
sendiri; dan seorang Muslim harus
toleran terhadap apa yang diyakini orang tersebut.
Tapi jika orang
tersebut, walau mengaku Muslim sekalipun, hendak merusak akidah agama Islam
maka ia wajib dibasmi.
Dari hal di atas,
seorang manusia --terserah apapun agamanya atau atheis sekalipun-- harus
memaklumi mengapa ada saatnya seorang Muslim tampak tidak toleran.
Karenanya, jangan mencoba-coba mengganggu akidah seorang Muslim.
Sebab akibatnya bisa fatal; bisa diamuk.
Karenanya, jangan mencoba-coba mengganggu akidah seorang Muslim.
Sebab akibatnya bisa fatal; bisa diamuk.
JABATAN DALAM BIROKRASI
Jabatan birokrasi pemerintahan, selain harus dijabat oleh orang yang
memiliki moralitas, harus oleh orang yang ahli di bidangnya.
Bukan semata-mata karena orang yang satu partai atau satu keyakinan agama.
Bukan semata-mata karena orang yang satu partai atau satu keyakinan agama.
Memang, jabatan
pimpinan sebuah kementerian boleh saja jabatan politis.
Tapi jabatan struktural di bawahnya semestinya merupakan jabatan profesi.
Artinya, berdasar pengalaman karir di bidangnya.
Tapi jabatan struktural di bawahnya semestinya merupakan jabatan profesi.
Artinya, berdasar pengalaman karir di bidangnya.
Lagi pula, ketika seseorang duduk dalam sebuah jabatan, seharusnya ia mengutamakan kepentingan rakyat; dan bukan kepentingan partai atau golongannya.
Ia seharusnya melayani rakyat; dan bukan dilayani.
Yang jelas, tidak
ada gunanya kita duduk dalam sebuah jabatan, jika hanya akan mempertontonkan
ketidakbecusan dan keserakahan kita; yang menelanjangi kemunafikan kita.
Karenanya, jika tidak ingin dicemooh, semestinyalah kita jadi pengelola negara yang jujur dan adil.
Bukan yang lebih mendahulukan menuntut hak ketimbang
menunaikan kewajiban.
Yang pasti, pegawai
atau aparat negara yang mempersulit keperluan rakyat, yang memeras dan
menyengsarakan rakyat, karena tidak amanah, tempatnya yang layak di akhirat
adalah di neraka.
Renungkan.
(Alfa Qr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar