Dalam tuntunan tasawuf dikisahkan bagaimana setan selalu berupaya menghancurkan manusia dari
depan, belakang, kiri dan kanan.
Dari depan, setan
menghalangi manusia akan adanya kehidupan akhirat; menanamkan ketidakyakinan
akan adanya hari penghisaban. Manusia diarahkan untuk menjadi atheis, tidak
percaya adanya Tuhan.
Dari belakang, setan mendorong manusia untuk condong kepada materi duniawi; berupa harta, kekuasaan, ataupun ketenaran.
Dari samping kiri, setan menghasut manusia untuk zalim; untuk marah, iri, sombong, dan serakah.
Dari samping kanan, setan menggoda manusia untuk merusak tuntunan yang benar; untuk merekayasa peribadatan dan menyisipkannya ke dalam agama; sehingga peribadatan menjadi rusak tanpa manusia menyadarinya. Membuat manusia terjebak dalam khurafat yang mencelakakan.
Dari belakang, setan mendorong manusia untuk condong kepada materi duniawi; berupa harta, kekuasaan, ataupun ketenaran.
Dari samping kiri, setan menghasut manusia untuk zalim; untuk marah, iri, sombong, dan serakah.
Dari samping kanan, setan menggoda manusia untuk merusak tuntunan yang benar; untuk merekayasa peribadatan dan menyisipkannya ke dalam agama; sehingga peribadatan menjadi rusak tanpa manusia menyadarinya. Membuat manusia terjebak dalam khurafat yang mencelakakan.
Karenanya, agar
terhindar dari hasutan setan, manusia harus selalu memohon perlindungan Allah
setiap saat. Harus ikhlas. [1]
“Sesungguhnya kekuasaan setan hanyalah
atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin, dan atas orang-orang yang
mempersekutukannya dengan Allah.” (Qur’an, An Nahl [16]:100)
SAAT MENYESATKAN, IBLIS DATANG TIDAK BERUPA WUJUD
Cara si iblis menyesatkan manusia adalah dengan mempengaruhi manusia yang
dijadikan sasarannya; sebab iblis tidak bisa secara langsung menggusur tangan
manusia untuk membawanya ke tempat maksiat.
Karena itu, dongeng manusia dicekik
setan --begitu juga cerita drakula, tuyul, zombie, lampu aladin, karpet
terbang-- hanyalah cerita omong kosong.
Jelas, setan hanya
bisa membisiki dan mempengaruhi hati manusia.
Ketika orang hendak pergi
ke pengajian, setan membisikkan bahwa pada saat yang sama ada pertunjukan
favorit di televisi.
Ketika orang hendak membaca buku yang bermanfaat, iblis
membisikkan bahwa ada sesuatu yang lebih menarik yang bisa dilihatnya di video
porno.
Hal yang terjadi berikutnya, terserah si manusia itu sendiri; mau taat kepada bisikkan si iblis keparat laknatullah atau tidak.
Hal yang terjadi berikutnya, terserah si manusia itu sendiri; mau taat kepada bisikkan si iblis keparat laknatullah atau tidak.
Memang, ada kalanya
bisikan setan bisa berupa sugesti yang mempengaruhi jiwa manusia.
Dalam kasus serupa ini, ruqyah atau jampi yang berupa doa yang ada contohnya dari Nabi boleh saja dipakai; termasuk ayat Qur’an yang berupa doa mohon perlindungan kepada Allah.
Dalam kasus serupa ini, ruqyah atau jampi yang berupa doa yang ada contohnya dari Nabi boleh saja dipakai; termasuk ayat Qur’an yang berupa doa mohon perlindungan kepada Allah.
Yang jelas, Muslim tak perlu takut kepada si iblis laknat jahanam
terkutuk.
[1] Marah,
benci, kecewa, jengkel, atau sedih, merupakan hal-hal yang selalu didekatkan
iblis ke dalam diri manusia. Realitanya, kita sering marah kepada atasan; benci
kepada tetangga; kecewa dengan suami; jengkel kepada teman, atau sedih melihat
perilaku anak dan cucu kita. Yang jelas, hanya sikap ikhlas --yang
sebenar-benarnya sabar dan tawakal-- yang bisa menghapus marah, kecewa, dan
perasaan sedih tersebut. Sayangnya, untuk benar-benar ikhlas itu sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar