Ada di antara saudara-saudara kita seagama
yang karena keikhlasannya dalam menjaga kemurnian tauhid, telah bersikap
berlebihan.
Begitu ketatnya saudara-saudara kita ini menjaga kemurnian tauhid, sehingga mereka (sebetulnya dengan niat sangat baik), mencela dan tidak membenarkan ucapan-ucapan yang dikhawatirkan akan merusak kemurnian tauhid itu.
Begitu ketatnya saudara-saudara kita ini menjaga kemurnian tauhid, sehingga mereka (sebetulnya dengan niat sangat baik), mencela dan tidak membenarkan ucapan-ucapan yang dikhawatirkan akan merusak kemurnian tauhid itu.
Contohnya ucapan,
“Untung ada anjing ini yang menggonggong; Kalau tidak, sepeda ini dicuri..”;
Atau ucapan, “Kalau tak ada bapak ini yang menolong, saya pasti sudah mati tenggelam…”;
atau ucapan, “Berkat kerja keras para karyawan, perusahaan ini berkembang dengan pesat..”
Atau ucapan, “Kalau tak ada bapak ini yang menolong, saya pasti sudah mati tenggelam…”;
atau ucapan, “Berkat kerja keras para karyawan, perusahaan ini berkembang dengan pesat..”
Saudara-saudara kita
ini menilai ucapan-ucapan tersebut sebagai menyekutukan Allah; karena mereka
menilai segala sesuatu yang terjadi semata-mata kehendak Allah, dan tidak layak
menyertakan yang lainnya sebagai ikut menentukan suatu kejadian.
Mereka melarang ucapan-ucapan serupa itu, dan menghukumkannya sebagai haram.
Mereka melarang ucapan-ucapan serupa itu, dan menghukumkannya sebagai haram.
Kita hargai dan
menaruh respek atas keikhlasan saudara-saudara kita yang berusaha menjaga
kesucian agama ini.
Namun pada sisi lain, kita pun percaya bahwa saudara-saudara kita yang lainnya (yang mengucapkan kata-kata serupa itu), tidaklah sekali-kali berniat untuk menyekutukan Allah.
Namun pada sisi lain, kita pun percaya bahwa saudara-saudara kita yang lainnya (yang mengucapkan kata-kata serupa itu), tidaklah sekali-kali berniat untuk menyekutukan Allah.
Biasanya
ucapan-ucapan tersebut muncul secara spontan, sebagai ungkapan perasaan.
Dan biasanya pula, ucapan serupa itu sekadar untuk menunjukkan adanya sesuatu yang zahir yang jadi alat bagi Allah dalam melaksanakan kehendakNya.
Ini sama dengan ucapan terimakasih kita kepada seseorang, tidaklah berarti kita menuhankan orang tersebut.
Dan biasanya pula, ucapan serupa itu sekadar untuk menunjukkan adanya sesuatu yang zahir yang jadi alat bagi Allah dalam melaksanakan kehendakNya.
Ini sama dengan ucapan terimakasih kita kepada seseorang, tidaklah berarti kita menuhankan orang tersebut.
Pada hakekatnya, apa
pun yang dilakukan seorang Muslim (ada atau tidak adanya maksud berbuat
syirik), Allah Swt. pasti mengetahui
niatnya.
Yang terbaik bagi
kita, yang hanya Muslim awam biasa, adalah berusaha menghindar dari
mengeluarkan ucapan-ucapan spontan semacam itu.
Namun sekiranya terlontar juga, kita percaya bahwa Allah mengetahui tidak ada niat kita sedikit pun untuk menyekutukanNya.
Kita percaya Allah
Maha Mengetahui, Maha Pemaaf.
MENEMPATKAN TAUHID
Muslim yang benar-benar memiliki akidah tauhid akan menggantungkan segala
sesuatunya hanya kepada Allah.
Artinya, dalam masalah kebenaran, ia tak takut
pada siapa pun.
Ia pasti tidak takut keris sakti, tidak takut setan laknatullah, tak takut kuburan keramat, tidak takut gua angker.
Tentu saja, dalam
hal yang nyata di dunia, berani dan takut mesti diletakkan pada tempatnya
secara proporsional.
Menghadapi harimau buas dengan tangan kosong adalah nekad dan bukan berani; itu hanya dilakukan orang yang tak menggunakan akalnya.
Begitu juga orang yang tak takut polisi, dan sengaja melanggar aturan lalu lintas, tak bisa dikategorikan sebagai orang yang tauhidnya hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar