BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Minggu, 26 Februari 2012

Keberhasilan dan kegagalan


Sukses memang amat menyenangkan bagi yang mengalaminya; dan sering menimbulkan rasa iri bagi orang yang lemah imannya yang gagal mendapatkannya. 
Realitanya, banyak orang lebih merasa sering diterpa kegagalan dan kesulitan, dibanding dengan mendapatkan kesenangan.

Bagi orang yang memiliki keyakinan bahwa semua kesulitan itu ada balasan (baik berupa pahala maupun pengampunan di antara dosanya di masa lalu) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kegagalan dan kesulitan yang dialaminya tidaklah melahirkan sikap putus asa.

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Qur’an, Al Hadiid [57]:23)

Hendaknya direnungkan, jangankan kepada kita yang manusia biasa, ujian kepada para nabi pun tidaklah sama.

Daud As dan Sulaiman As adalah contoh untuk manusia yang diuji dengan kekuasaan dan kekayaan yang melimpah. 

Sementara Ya’qub As dan Ayyub As sebagai contoh untuk manusia yang diuji dengan penderitaan dan diuji kesabarannya. 

Sedangkan Muhammad Saw adalah contoh paripurna bagi semua manusia. 
Beliau teruji dalam berbagai situasi; sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab; sebagai pedagang yang jujur; sebagai hakim yang adil; sebagai pemimpin (imam) yang lurus; sebagai panglima yang teguh; sebagai kepala negara yang bijak. 
Allahu Akbar.


Semoga kita semua termasuk orang yang ikhlas, yang menghadapi apa pun --baik kegagalan ataupun kesuksesan-- sebagai semata-mata yang terbaik yang dikehendakiNya. 

Pastilah ada hikmah tersembunyi dari suatu kegagalan. 
Sebaliknya, jangan terlelap dengan suatu keberhasilan. 
Doa yang (tampaknya) tidak dikabulkan, mestilah ada juga imbalan dari Nya.

Hanya saja, dan tentu saja, seorang Muslim harus yakin bahwa Allah akan merubah nasibnya jika ia tetap mau berusaha; dan bukan dininabobokan oleh impian. 

Memang, berkhayal merupakan suatu hal yang wajar dilakukan manusia hidup; tapi mengaplikasikannya dengan berusaha yang gigih, jelas sebuah keharusan. 
Dan merencanakannya dengan seksama sebelum memulai usahanya tersebut, merupakan suatu hal yang baik; tapi menyertainya dengan keyakinan yang teguh, jelas sebuah kemestian.

Jadi jelas, kemauan saja tidak cukup; ia harus disertai rencana dan keyakinan, yang ditindaklanjuti dengan berikhtiar. 
Sebab, keyakinan yang menyertai usaha yang ulet, bisa membuat sebuah harapan menjadi realita.

Memang, tak semua orang bisa mencapai puncak yang sama, tapi seorang Muslim harus selalu berusaha untuk tetap mendaki. 
Sebab, ibarat kaki, jika tidak dilangkahkan kita akan tetap diam di tempat.










KEBERHASILAN BISNIS

Setiap Muslim wajib berusaha seulet mungkin, namun ia juga harus menyesuaikan diri dengan kemampuan yang dimilikinya. 
Sebab, dalam menjalani sesuatu, setiap orang memiliki batas kemampuan yang berbeda. 

Contohnya, tidak semua pengendara sepeda mampu menempuh jarak dari Bandung ke Lembang tanpa berhenti. 
Pengendara yang sudah berumur, sudah sewajarnya berhenti dulu di perjalanan untuk beristirahat. 
Jika tidak, ia bukannya sampai ke Lembang, tapi ke kuburan.


Realitanya, karena terkait berbagai faktor, berusaha meraih materi dalam kehidupan duniawi adalah gambling
Kegagalan tak bisa ditimpakan sebagai seratus persen kesalahan orang yang bersangkutan. 

Banyak usaha yang ulet yang disertai dengan doa yang tekun, dalam realitanya tidak menghasilkan seperti yang diinginkan. 
Sebaliknya, ada usaha yang tampaknya asal-asalan, tapi akhirnya berhasil juga. 

Yang jelas, selain doa dan usaha yang gigih, perencanaan yang benar-benar seksama dan pelaksanaan yang konsisten lebih memungkinkan untuk berhasil (bukan pasti berhasil, sebab kehidupan duniawi hakekatnya tetap saja sebuah permainan).


Dalam banyak kasus, keberhasilan sebuah bisnis harus dilengkapi dengan perencanaan yang sangat matang, yaitu cara yang terperinci dan sistemastis, cara berurutan yang teratur dan efisien sesuai skala prioritas. 

Artinya, pelaku bisnis bukan hanya memperhitungkan keuntungan yang akan diraih, tapi memperhitungkan pula kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi dan mempersiapkan solusinya.


Termasuk di dalam perencanaan yang matang adalah kepintaran berstrategi dan kepiawaian dalam menangkap peluang; serta, tentu saja, penghematan pengeluaran yang benar-benar efisien. 
Karenanya, jika suatu usaha bisnis yang kita jalani mengalami kegagalan, biasanya ada syarat-syarat di atas itu yang terabaikan; dan jangan menyalahkan orang lain.

Sebaliknya, jika pada tingkatan tertentu usaha bisnis kita berhasil, kita mesti waspada
Sebab, seperti pengendara sepeda yang sudah berumur, ada saatnya kita sampai pada tingkat batas kelelahan. 
Kenyataannya, ada perusahaan yang sudah mapan justru gulung tikar ketika berusaha memperbanyak bidang garapannya.  

Karena itu ingat, kita mengayuh sepeda ke Lembang karena ingin bersenang-senang, bukan ingin sengsara. Kita berusaha bisnis karena ingin menikmati buahnya, bukan ingin banyak masalah.




Catatan:
  • Setiap orang menemukan kebahagiaan dengan cara dan pada perkara yang berbeda. Tak peduli orang mau mencarinya atau menunggunya, kegembiraan disediakan Allah dengan adil. Ibarat buah, kita bisa memetik di pohonnya atau menunggu sampai jatuh sendiri. Yang jelas, apapun jenisnya pohon itu, harus kita yang menanamnya; dan bukan milik orang lain.
  • Bagi seorang Muslim, belajar ilmu berdagang atau ilmu bertani jauh lebih bermanfaat ketimbang belajar ilmu bisa makan beling atau ilmu bisa berjalan di atas bara api. Kecuali jika cita-citanya mau jadi tukang sulap.

(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: