BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Senin, 27 Februari 2012

Pilihan jalan hidup



Ciri dari orang yang mendasarkan jalan hidupnya pada keburukan adalah kegalauan yang senantiasa menyelimuti kehidupannya. 
Semua yang dilakukannya hanyalah karena ingin pujian dari manusia
Ambisinya untuk berkuasa atau kaya raya, dengan cara haram sekalipun, dikarenakan ia ingin kelihatan lebih hebat dari orang lain. 
Ketika keinginannya tercapai, ia takut dirampok dan takut mati; yang membuatnya tidak tenteram. 
Ketika keinginannya tidak tercapai, ia gundah; dan akhirnya digerogoti penyakit.


Sebaliknya, ciri dari Muslim yang mendasarkan jalan hidupnya pada kebajikan adalah kehidupannya yang tenang. 
Semua yang dilakukannya semata-mata mengharap balasan ridha Allah. 
Kalaupun ia berusaha jadi kaya, dengan cara yang halal, karena ia ingin dengan kekayaannya tersebut bisa membantu orang lain.  

Ketika keinginannya tercapai, ia gembira karena dengan itu ia benar-benar bisa menolong orang lain. 
Ketika tidak tercapai, ia tetap  berserah diri. 
Ia tetap meyakini bahwa itulah hal terbaik yang dikehendakiNya.







HARUS SESUAI KEMAMPUAN

Keinginan yang berlebihan, yang diluar kemampuan (ilmu, tenaga, atau harta), sama saja dengan mengundang banyak masalah; padahal yang namanya masalah jangankan diundang, tidak diundang pun ia akan datang.

Akibatnya, selain harus menghadapi masalah yang sudah ada --yang tidak diundang-- kita pun diguyur dengan masalah-masalah baru; yang berdampak makin saratnya beban kehidupan, yang berlanjut pada ketidak tenteraman. 
Padahal kegelisahan atau kecemasan yang berlarut-larut dapat menyebabkan seseorang terperangkap dalam keputusasaan; yang kadang berujung pada tindakan nekad yang diharamkan agama, yaitu bunuh diri.


Realitanya, kasus bunuh diri tidak hanya dilakukan orang melarat, tapi juga oleh orang yang berada. 

Ini menunjukkan bahwa beban kehidupan bisa menjerat siapa saja; karena beban kehidupan dimungkinkan muncul oleh kesalahan orang itu sendiri, disebabkan ketidakmampuan mengendalikan nafsu keinginan yang di luar jangkauannya. 
Padahal mesti selalu diingat, yang jadi rezeki kita itu isinya dan bukan kulitnya. 
Tak ada artinya piring yang bagus dan mahal jika kita tak bisa menikmati isinya.


Yang jelas, tidak ada Muslim bunuh diri dikarenakan memperdalam keyakinan agamanya. 
Tidak ada Muslim yang bunuh diri gara-gara mendekatkan diri kepada Allah. 
Semua kasus bunuh diri lebih berkaitan dengan masalah keduniawian. 

Karena itu, Muslim harus berusaha menyesuaikan perilaku kehidupan duniawinya dengan apa yang dimilikinya. 
Artinya, lebih baik sederhana, tapi tetap berusaha keras secara halal sesuai kemampuan; daripada sok kaya sok hebat, tapi membawa celaka.


Tentu saja, berusaha sesuai kemampuan artinya kita berusaha dengan memaksimalkan semua kemampuan yang ada pada kita, dan bukan membatasi kemampuan. 












SETIAP ORANG PUNYA JALAN HIDUPNYA SENDIRI

Berbeda dengan kursi; kita diberi kaki agar kita bisa melangkah, bukan sekadar untuk bisa berdiri. 

Karenanya, tak layak kita jadi Muslim yang suka menyia-nyiakan peluang. 
Yang kerjanya cuma bengong dan irihati kepada apa yang dilakukan orang lain. 
Yang melarang orang lain menggarap sebuah pekerjaan, sementara oleh kita sendiri tidak dikerjakan.


Realitanya, setiap orang harus menentukan jalan hidupnya sendiri. 
Sebab tidak seorang pun, secara mutlak, bisa menyetir jalan hidup orang lain. 
Artinya, yang mengukir jalan hidup kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. 
Mau jadi majikan atau mau jadi pelayan itu terserah pilihan kita sendiri. 

Yang pasti, penyebab orang lain menghormati kita atau pun menghina kita adalah diri kita sendiri. Karenanya, seorang Muslim semestinya dibiasakan berjalan tegak dengan dada ke depan; bukan menunduk loyo seperti orang yang menanggung beban yang sangat berat.


Seorang Muslim harus memotivasi diri menggali potensi yang ada pada dirinya. 
Harus yakin bahwa kunci kehidupannya ada pada dirinya sendiri. 

Seorang Muslim harus menghadapi apa yang ditakutkannya, selain dengan kesiapan, dengan keberanian; bukan dengan ketakutan. 

Harus berani melawan rintangan; berani mencoba mengambil resiko. 
Lagi pula, kadang keberuntungan justru muncul dari situasi yang kita nilai buruk.


Jelas, seorang Muslim seharusnya punya tujuan hidup; jangan diperbudak rasa pesimis, jangan mati sebelum wafat. 
Harus punya motivasi untuk berbuat, untuk berkreativitas atau berinovasi. 

Kenyataannya, kreativitas dan inovasi lahir dari orang yang ulet dan tekun, yang merasa tidak puas dengan yang sudah ada; dan biasanya hadir dari orang yang tidak dipusingkan dengan masalah tetek-bengek. Karenanya, jangan anggap remeh masalah sepele. 
Sekecil apapun masalah yang ada, usahakan untuk sesegera mungkin diselesaikan dulu; jangan menunda-nunda.


Mendengar dari orang lain itu memang perlu, tapi menemukan jati diri sendiri --yang berbeda dengan orang lain-- juga penting. 
Terserah orang lain mau bilang apa tentang kita; yang penting kita harus menciptakan jalan hidup yang sesuai dengan kesukaan dan kemampuan kita.

Dari sebab itu, walau kita harus siap hancur, kita harus tetap berusaha menghindari kehancuran. 
Kita harus berusaha jangan sampai jadi pecundang; kita harus berani melawan kesulitan. 

Sebab hanya orang lemah yang sering bertindak bodoh; yang lebih memilih bunuh diri daripada menghadapi tantangan.  
Padahal dalam keadaan bagaimanapun, dan seperti apapun, kita bisa menjalani kehidupan ini dengan menikmati tantangan.


Masalah hasil akhirnya, itulah yang terbaik yang dikehendaki Allah buat kita. 
Sebab, biasanya, juara pertama itu memang cuma ada satu.

Yang pasti, ketika kita meraih apa yang kita inginkan, hakekatnya kita meraih sebuah titipan. 

Selain harus memanfaatkannya untuk hal-hal yang tidak melanggar tuntunan agama, apa yang kita raih itu suatu saat harus kita ‘kembalikan’

Dan harus ada ‘pertanggungjawabannya’.




(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: