Mempunyai cita-cita, ambisi atau keinginan,
dalam kehidupan duniawi adalah sesuatu yang sepantasnya dimiliki setiap Muslim.
Artinya, kebanggaan sebagai seorang Muslim seharusnya memicu kita untuk keluar dari keterpurukan; sementara keyakinan akan adanya pertolongan Allah semestinya memacu kita dalam merealisasikan cita-cita tersebut.
Artinya, kebanggaan sebagai seorang Muslim seharusnya memicu kita untuk keluar dari keterpurukan; sementara keyakinan akan adanya pertolongan Allah semestinya memacu kita dalam merealisasikan cita-cita tersebut.
Karenanya, seorang Muslim
harus mengubur kebiasaan pesimisnya, dan menggantikannya dengan senantiasa
berusaha keras; agar apa yang diharapkannya itu bisa jadi kenyataan.
Yang penting, selagi mengejar cita-cita, jangan sampai tidak bisa menikmati apa-apa yang sudah dimiliki.
TAK SEMUA YANG DIINGINKAN BISA JADI REALITA
Kebahagiaan yang ada dalam batin orang lain, karena kita tak bisa
melihatnya, kita tak bisa menilainya.
Tapi, dengan melihat kekayaan atau sukses karirnya, kita dapat mengira-ngira kesenangan zahir seseorang.
Tapi, dengan melihat kekayaan atau sukses karirnya, kita dapat mengira-ngira kesenangan zahir seseorang.
Jika tidak waspada,
kekayaan dan sukses orang lain ini --yang hanya ada dalam mimpi kita-- bisa
menimbulkan kecemburuan dan iri hati; yang membuat kita dikerangkeng kedengkian
dan kegundahan.
Sebab, realitanya, kita selalu melihat pelangi berada di atas kepala orang lain, dan tidak di atas kepala kita.
Kita lebih sering melihat apa yang dimiliki orang lain, dan jarang mensyukuri apa yang sudah kita miliki.
Sebab, realitanya, kita selalu melihat pelangi berada di atas kepala orang lain, dan tidak di atas kepala kita.
Kita lebih sering melihat apa yang dimiliki orang lain, dan jarang mensyukuri apa yang sudah kita miliki.
Tidak terpungkiri,
kita diwajibkan berikhtiar; tapi ada kalanya kita tidak bisa meloloskan diri
dari takdir.
Kita tidak bisa protes. Tidak perlu mendongkol. Dan tak ada gunanya ngedumel.
Ada saatnya kita harus betul-betul pasrah pada kehendak Allah yang tak tertolak.
Ada kalanya, apapun yang kita lakukan tidak ada artinya; apapun yang kita usahakan tidak membuahkan seperti yang kita inginkan.
Dalam keadaan serupa itu, kita tak perlu merasa bersalah dengan ketidakmampuan dan kegagalan yang terjadi; yang penting, kita tidak putus asa dan tidak panik.
Kita tidak bisa protes. Tidak perlu mendongkol. Dan tak ada gunanya ngedumel.
Ada saatnya kita harus betul-betul pasrah pada kehendak Allah yang tak tertolak.
Ada kalanya, apapun yang kita lakukan tidak ada artinya; apapun yang kita usahakan tidak membuahkan seperti yang kita inginkan.
Dalam keadaan serupa itu, kita tak perlu merasa bersalah dengan ketidakmampuan dan kegagalan yang terjadi; yang penting, kita tidak putus asa dan tidak panik.
Yang jelas, tidak semua yang kita inginkan bisa menjadi kenyataan.
Memang, bagi
kebanyakan orang, satu hal yang layak bila kegagalan disikapi dengan air mata
kekecewaan.
Tapi, bagi Muslim yang senantiasa berpikiran positip, kegagalan seharusnya disikapi dengan perenungan; dijadikan hikmah untuk berusaha lebih baik.
Dijadikan cermin untuk belajar bagaimana caranya agar hal buruk serupa itu tidak terulang.
Lagi pula, walau mengeluh merupakan satu hal yang wajar, seharusnya kita juga mau introspeksi; sebab kita condong menilai diri kita dalam keadaan selalu benar, lupa pada kesalahan dan kekurangan diri sendiri.
Tapi, bagi Muslim yang senantiasa berpikiran positip, kegagalan seharusnya disikapi dengan perenungan; dijadikan hikmah untuk berusaha lebih baik.
Dijadikan cermin untuk belajar bagaimana caranya agar hal buruk serupa itu tidak terulang.
Lagi pula, walau mengeluh merupakan satu hal yang wajar, seharusnya kita juga mau introspeksi; sebab kita condong menilai diri kita dalam keadaan selalu benar, lupa pada kesalahan dan kekurangan diri sendiri.
Karenanya, bagi
Muslim yang ikhlas, apapun yang menimpa dirinya akan dinilai sebagai karunia
dari Allah Azza wa Jalla; dan ia
tidak pernah menganggapnya sebagai suatu kemalangan.
Satu-satunya ketidakbahagiaan yang dialami Muslim yang ikhlas adalah ketika ia melihat orang lain mengalami penderitaan.
Artinya, ia ikut sedih dengan kesedihan orang lain,
dan bukan sedih dengan sesuatu yang menimpa dirinya sendiri.
TANPA KEMAMPUAN, KEGAGALAN ADALAH HAL YANG WAJAR
Dalam perkara baik-buruk, usahakan jangan melanggar prinsip; sebab sekali
kita keluar dari prinsip yang kita yakini, keburukan biasanya akan datang
kepada kita.
Yang jelas, kita harus bisa mengambil hikmah dari sebuah keburukan.
Sebab, realitanya, pada tiap peristiwa kita bisa belajar untuk menemukan adanya sisi baik dari masalah itu sendiri.
Semestinya diingat,
yang dinamakan kegagalan adalah ketika kita berhenti sebelum berhasil; padahal
sebenarnya kita punya kemampuan.
Lain halnya kalau kita tidak punya kemampuan, ketidakberhasilan bukanlah sebuah kegagalan; melainkan itu satu hal yang wajar.
Karenanya, tidak semua yang dinamakan kegagalan harus disikapi dengan bersedih; melainkan harus disikapi dengan menambah ilmu dan kemampuan.
Lain halnya kalau kita tidak punya kemampuan, ketidakberhasilan bukanlah sebuah kegagalan; melainkan itu satu hal yang wajar.
Karenanya, tidak semua yang dinamakan kegagalan harus disikapi dengan bersedih; melainkan harus disikapi dengan menambah ilmu dan kemampuan.
Yang penting, kita
harus bisa menyikapi tiap keadaan dengan tepat.
Contohnya, ada saat-saat di mana kita untuk tidak terbelenggu dengan peristiwa yang sudah lewat, dan tidak pula terlalu memikirkan kejadian yang akan datang.
Dengan kata lain, ada saat-saat di mana kita hanya harus fokus kepada apa yang sedang kita hadapi atau yang sedang kita kerjakan.
Contohnya, ada saat-saat di mana kita untuk tidak terbelenggu dengan peristiwa yang sudah lewat, dan tidak pula terlalu memikirkan kejadian yang akan datang.
Dengan kata lain, ada saat-saat di mana kita hanya harus fokus kepada apa yang sedang kita hadapi atau yang sedang kita kerjakan.
Begitupun orang yang ingin maju harus berani
mengambil resiko; namun mengambil resiko harus juga disesuaikan dengan
kemampuan maksimal kita.
Bukan asal mengambil resiko, bukan tanpa perhitungan.
Sebab, jika tidak, yang kita raih justru tambahan masalah.
Bukan asal mengambil resiko, bukan tanpa perhitungan.
Sebab, jika tidak, yang kita raih justru tambahan masalah.
Jadi, pada
prinsipnya, ambisi itu harus sesuai dengan kemampuan.
PERJUANGAN AKAN MENJADI KENANGAN YANG INDAH
Di masa tua, romantika kehidupan yang pernah kita jalani akan jadi sebuah
kenangan yang indah.
Dan tak akan ada yang namanya romantika dalam kehidupan bila tidak ada tantangan, bila tidak ada kesulitan.
Dan tak akan ada yang namanya romantika dalam kehidupan bila tidak ada tantangan, bila tidak ada kesulitan.
Tanpa tantangan, tanpa pernah mengalami kesulitan atau kegagalan, perjalanan hidup seseorang menjadi monoton; menjadi hambar.
Betapa pun kayanya orang tersebut, hidupnya bak makan sayur sop yang kebanyakan daging dan gula; tanpa bumbu-bumbu lainnya, tanpa asam dan garam.
Realitanya, seperti
kebanyakan manusia umumnya, kita hanyalah manusia yang memiliki banyak
keterbatasan; namun janganlah kekurangan kita itu dijadikan alasan pembenaran
untuk berhenti berusaha.
Seharusnya disadari, jarang ada usaha yang langsung berhasil begitu saja.
Kebanyakan ikhtiar memerlukan waktu; membutuhkan ketekunan dan kesabaran.
Lagi pula, dalam hidup ini, tidak ada orang yang tidak pernah jatuh.
Yang penting, ketika terperosok, seorang Muslim harus berusaha untuk cepat berdiri kembali; dan bukan tetap berkubang di tempat itu.
Kata orang bijak,
kegagalan demi kegagalan yang kita alami bisa saja menyakitkan; tapi kalau kita
menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya.
Karenanya, jangan sekali-kali mengalah pada kegagalan; tetaplah berusaha dengan menambah ilmu dan kemampuan kita.
Karenanya, jangan sekali-kali mengalah pada kegagalan; tetaplah berusaha dengan menambah ilmu dan kemampuan kita.
Jangan cengeng.
Tokh, suatu saat kita akan menerimanya sebagai pelengkap yang makin menyempurnakan kelezatan sayur sop yang kita nikmati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar