BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Jumat, 24 Februari 2012

MEYAKINI AGAMA


Dalam realita, ada orang yang mengalami peristiwa aneh kemudian menjadikannya sebagai pembenaran terhadap agama yang dianutnya.   

Padahal kebenaran suatu agama tidak bisa ditentukan hanya oleh perkara aneh yang pernah kita alami. 
Sebab perkara aneh dapat dialami oleh siapa saja, baik beragama maupun tidak.

Sebagai contoh, ada seorang Muslim yang menderita penyakit yang parah, akhirnya sembuh oleh seorang nonmuslim; dan karena ia menganggapnya mukjizat, iapun jadi penganut agama nonmuslim itu. 
Sebaliknya, ada kasus yang sama terjadi pada nonmuslim, yang justru sembuh setelah berobat kepada seorang muslim (padahal cara pengobatannya tidak sesuai dengan tuntunan Islam); dan ia pun kemudian memeluk Islam.


Kasus-kasus mirip yang serupa dengan di atas banyak terjadi, walau masalahnya berbeda-beda.
Seperti kasus yang berkaitan dengan kemajuan usaha. 

Atau kasus sudah lama tak punya keturunan, akhirnya punya anak juga setelah berkonsultasi dengan kiai atau pendeta. 
Padahal Nabi Zakaria As pun baru mempunyai anak ketika sudah berusia lanjut.


Dari hal-hal di atas, jelas sekali, dalam masalah keduniawian segala sesuatu itu bisa diselesaikan dengan bantuan orang lain yang berbeda agamanya.  
Dengan kata lain, keberhasilan itu bukan semata-mata karena mukjizat; keberhasilan bukan tanda kebenaran ajaran sebuah agama.

Dalam realita, ada orang di Barat yang keluar dari agamanya dan pindah menganut kepercayaan lain semata-mata karena pengalaman mistis, dan bukan karena hasil menelaah kebenaran agama tersebut.  
Karenanya, mempelajari dan mengetahui mana agama yang benar amatlah penting.


Sesungguhnyalah, Islam tidak menyukai penerimaan pemahaman tanpa reserve; menerimanya tanpa menelusuri ajarannya lebih dulu dengan seksama. 

Artinya, seseorang menjadi Muslim semestinya karena meyakini kebenaran ajaran Islam, dan bukan sekadar ikut-ikutan orang lain. 
Bukan karena mukjizat atau hal-hal yang aneh; sebab tuntunan Islam ditujukan untuk orang yang berakal pikiran, dan memanfaatkan akal pikirannya.



Catatan:
  • Masih lebih beruntung orang yang pernah melakukan kesalahan, tapi menyadarinya dan kemudian menjadi orang yang baik; ketimbang orang baik yang terperosok pada keburukan. Karenanya, jangan terbelenggu dengan kesalahan di masa lalu. Belum terlambat untuk memulai dengan hal yang baru, dengan menjadi Muslim yang berusaha berbuat kebajikan.


(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: