BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Rabu, 22 Februari 2012

Menilai ketidakadilan Tuhan..


Ada orang yang menjadi tidak percaya kepada tuntunan agama, dan menjadi atheis, disebabkan ia melihat apa yang menurutnya sebagai ketidakadilan tuhan atau dewa penguasa alam. 

Realitanya, ada orang yang dilahirkan sebagai anak konglomerat; sementara di bagian dunia yang lain, ada yang dilahirkan sebagai anak orang amat melarat. 
Masa mudanya pun, yang satu berkelebihan dalam kemewahan, yang satunya lagi amat sangat menderita dalam kesengsaraan. 

Realitanya, ada orang yang mendapat akses kemudahan dalam menjalani kehidupannya; sementara di sisi lain, ada orang yang untuk hidup layak sebagai manusia saja amat sulit untuk meraihnya. 

Realitanya, ada orang yang dilimpahi banyak kebaikan; sementara di sisi lain, ada orang yang tampaknya ditimpa kemalangan yang tiada hentinya.

Jelas, kalau kita bertanya lewat kaca mata zahir, maka kita tidak akan menemukan apa yang namanya keadilan pada hal-hal di atas tadi. 
Sebab, bagaimana dikatakan adil jika satu orang mendapat kelebihan, sementara yang lain tidak. 

Bagaimana dikatakan adil jika ada orang yang begitu berbahagia; sementara di sisi lain, ada orang yang begitu menderita.


Tapi mesti diingat, jika manusia harus menuntut keadilan berdasar prasangka manusia, maka manusia yang dilahirkan di zaman dulu akan merasa diperlakukan tidak adil; karena di masa lampau akses untuk hidup yang layak, jauh lebih sulit dibandingkan manusia di zaman ini.

Karenanya, yang namanya kemahaadilan Tuhan bukan berarti semua manusia harus mendapat kemudahan dan kesenangan yang sama
Sebab jika kemahaadilan harus distandarkan serupa itu, orang-orang di masa lampau --yang tak pernah menikmati listrik, radio, televisi, mobil, dan kemudahan lainnya-- tentunya merasa diperlakukan tidak adil jika dibandingkan dengan orang-orang di masa sekarang. 
Orang-orang di masa lampau yang tak pernah mendapat kemudahan makanan enak seperti di zaman sekarang, tentunya akan menuntut Tuhan sebagai tidak adil.


Jadi jelas, bagi seorang Muslim, kemahaadilan Allah bukan semata-mata dari apa yang hanya diberlakukan Allah di dunia, tapi juga termasuk dengan apa yang akan diberikan Allah sebagai balasan nanti di akhirat

Ketidaksamaan dalam mendapat kekayaan dan kemudahan di dunia, adalah sesuatu yang wajar dan pantas terjadi. 
Sebab jika semua manusia harus mengalami kesenangan dan penderitaan yang sama, kehidupan di dunia ini menjadi tak ada maknanya; tak ada romantikanya.

Satu hal yang semestinya diwaspadai, ketika kita mengharuskan apa yang kita inginkan mesti dikabulkan Allah   --atau kita mengharuskan segala sesuatu yang terjadi itu mesti sesuai dengan keinginan kita--   maka secara sadar atau tidak, kita sepertinya sedang menguji akan keberadaan dan kekuasaan Allah Azza wa Jalla

Padahal manusia tidak layak menguji Allah, Allah-lah yang sesungguhnya berhak menguji kita.



BAGIKAN/SHARE tulisan ini kepada teman-teman Anda yang lain.
SEMOGA BERKAH dan RIDHA ALLAH SWT terlimpah ruahkan kepada Anda sekeluarga.

(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: