“Dan tidaklah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Qur’an, Al Anbiyaa’ [31]: 107)
Tugas Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah menyampaikan risalah Allah yang mengarahkan manusia
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Selain mengajarkan syareat dan mengembalikan manusia kepada akidah tauhid, tugas Nabi Saw adalah mengajak manusia untuk mengedepankan keadilan dan mengutamakan kejujuran.
Yang menuntun seorang Muslim memiliki akhlak yang baik dan perilaku
yang lembut.
Perilaku yang mustahil dimiliki orang yang suka memaksakan, yang mustahil dimiliki oleh orang yang condong pada kekerasan.
Perilaku yang mustahil dimiliki orang yang suka memaksakan, yang mustahil dimiliki oleh orang yang condong pada kekerasan.
Realitanya, tuntunan Islam pasti bisa
dilaksanakan oleh semua manusia biasa.
Sebab ajaran Islam disampaikan oleh orang yang dalam kehidupan sehari-harinya pun berperilaku tidak ubahnya sebagai manusia biasa yang tak terlepas dari kesibukan duniawi.
Seperti menyapu rumah, menjahit pakaian dan menambal sandalnya sendiri; menengok orang sakit; memberi minum unta dan memerah susu kambing; malah belanja kebutuhan keluarga dengan pergi sendiri ke pasar
Sebab ajaran Islam disampaikan oleh orang yang dalam kehidupan sehari-harinya pun berperilaku tidak ubahnya sebagai manusia biasa yang tak terlepas dari kesibukan duniawi.
Seperti menyapu rumah, menjahit pakaian dan menambal sandalnya sendiri; menengok orang sakit; memberi minum unta dan memerah susu kambing; malah belanja kebutuhan keluarga dengan pergi sendiri ke pasar
Yang jelas, seorang Muslim seharusnya meyakini
kerasulan Nabi Saw karena meyakini
kebenaran ajaran yang disampaikannya, dan bukan semata-mata karena ‘kesaktian’
atau ‘kemukjizatan’. [1]
NABI BIASA MENGHORMATI KELEBIHAN ORANG LAIN
Berbeda dengan beberapa pemimpin Muslim zaman sekarang --yang suka
memaksakan kehendak; yang suka bersikap otoriter, yang merasa paling benar dan
paling soleh-- Nabi Muhammad Saw,
walau beliau seorang rasul utusan Allah, adalah orang yang mau menerima saran
dari orang lain; jika pada pendapat itu ada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Dalam strategi berperang beliau tidak sungkan
untuk mengikuti saran dari Salman yang orang Persia.
Begitupun dalam masalah
penyerbukan kurma, beliau dengan jujur mengakui bahwa para petani kurma itu
lebih pandai ketimbang Nabi.
Artinya, dalam perkara yang terkait dengan sistem dan ilmu keduniawian, Nabi membolehkan seorang Muslim mempraktekkan keahlian dengan cara yang sesuai bidangnya.
Berbeda dengan perkara ritus peribadatan,
seorang Muslim harus mengikuti hanya yang dituntunkan oleh Nabi Saw saja.
TUNTUNAN NABI SELAIN MUDAH JUGA MENENTERAMKAN
Tuntunan Muhammad Saw bukan
sekadar mengarahkan pada perilaku yang baik dan benar, tapi juga memberi
ketenteraman hati.
Ibarat air yang bening; bukan hanya membersihkan bagian luar
badan, tapi juga jadi penawar haus yang menyegarkan di dalam tubuh.
Realitanya, pola hidup kafir, yang jauh dari tuntunan Islam, lebih dominan kepada hal yang berkaitan dengan material tapi mengabaikan spiritual; cenderung kepada kesenangan duniawi yang semu (hedonis) tapi jauh dari ketenteraman hati.
Tuntunan Nabi Saw mengarahkan seorang Muslim untuk menapaki masa depannya dengan
berbekal pengalaman masa lalu.
Yang idealis tapi realistis; yang mampu
beradaptasi dengan kenyataan yang harus dihadapi, dan bukan yang nekad tanpa
berpikir panjang.
Yang menuntun seorang Muslim untuk meraih kepuasan yang bersifat material dengan tidak mengorbankan ketenteraman spiritualnya; yang tekun berusaha di kehidupan duniawinya sambil tetap rajin mencari bekal untuk kehidupan akhiratnya.
Yang pasti, tuntunan Nabi itu tidak boleh
memberatkan umatnya.
Contohnya, saat menjadi imam salat yang diikuti orang banyak (masyarakat umum), mempersingkat salat adalah keutamaan.
Kecuali jika salat sendiri, atau jika makmumnya sudah memakluminya atau sudah mengenalnya (karena anggota jamiah, anggota keluarga, anggota majelis).
“Wahai umatku! Sebagian orang dari kalian
membuat yang lainnya menjadi tidak
menyukai shalat. Oleh karena itu, siapa pun yang memimpin shalat harus mempersingkatnya karena di antara
mereka ada orang yang sakit, lemah, dan yang punya keperluan (pekerjaan yang
harus diselesaikan).” (HR Bukhori)
Yang jelas, dalam
menyampaikan tuntunannya, Nabi lebih mengedepankan kelembutan.
Sebab,
realitanya, orang lebih mudah menerima jika tuntunan tersebut disampaikan
dengan cara yang menyenangkan.
MENCINTAI NABI
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikatNya mengucapkan shalawat untuk Nabi. Hai,
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (Qur’an, Al Ahzab [33]:56)
Salah satu ciri kita mencintai Nabi, selain mengikuti pola hidup dan tuntunan risalah yang disampaikannya, adalah dengan memperbanyak shalawat untuk Nabi dan keluarganya (dengan tidak usah menentukan jumlahnya dalam hitungan tertentu).
Karenanya, Muslim yang ikhlas pasti mengucapkan shalawat mana kala ingat, membaca, atau mendengar nama Nabi disebut.
Shalawat yang utama adalah shalawat yang lengkap yaitu mendoakan Nabi beserta seluruh keluarganya.
Yang pasti, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam akan memberi syafaat (pembelaan)
berupa permohonan ampunan untuk umatnya kepada Allah, hanya jika umatnya
mencintai Nabi pula.
(Alfa Qr)
[1] Dalam menjalani kehidupan
duniawi, manusia harus punya harapan. Tapi bukan sekadar harapan; yang dalam
realitanya hanya harapan kosong. Dan Islam tidak menawarkan harapan kosong
serupa itu.
Dalam realita, kebanyakan orang yang tunanetra (atau orang yang sakit parah) tidak bisa sembuh dengan mujizat.
Mereka, orang sakit dan orang yang menderita, selain harus berusaha merubah nasibnya sendiri, dianjurkan untuk ikhlas dan sabar; karena keikhlasan dan kesabaran mereka akan berbuah balasan pahala yang besar di surga akhirat.
Dalam realita, kebanyakan orang yang tunanetra (atau orang yang sakit parah) tidak bisa sembuh dengan mujizat.
Mereka, orang sakit dan orang yang menderita, selain harus berusaha merubah nasibnya sendiri, dianjurkan untuk ikhlas dan sabar; karena keikhlasan dan kesabaran mereka akan berbuah balasan pahala yang besar di surga akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar