BEBAS MERDEKA PISAN

BEBAS MERDEKA PISAN
HARAPAN dan REALITA

Rabu, 22 Februari 2012

AL QUR'AN


Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Qur’an, Al Hijr [15]:9)

Kitab suci Al Qur’an diturunkan secara bertahap kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melalui malaikat Jibril As.

Yang dimaksud dengan kitab suci Al Qur’an   --yang isinya tak ada perubahan walau satu hurufpun--   adalah kitab yang ditulis dengan bahasa dan huruf aslinya seperti saat diturunkannya yaitu bahasa Arab. 

Kitab Qur’an yang ditulis dalam bahasa selain Arab, lebih tepat disebut sebagai terjemahan Qur’an.


Tujuan terpenting diturunkannya Al Qur’an, selain mengembalikan akidah manusia kepada akidah tauhid, juga sebagai pedoman bagi semua manusia dalam menapaki arah hidupnya di dunia. 
Tidak pelak lagi, mengkaji isi Qur’an dan menerapkannya sebagai petunjuk berperilaku, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, merupakan keutamaan.

Sayangnya, disiplin ilmu yang dikarang manusia secara rancu telah mengalihkan fungsinya; dari kitab petunjuk menjadi sekadar buku keramat, yang sekadar dibaca merdu dan diharapkan barokahnya.

Wujudnya berubah dari petunjuk yang penuh rahmat menjadi sejajar dengan jimat; sementara ayat-ayatnya yang semestinya dihayati, berganti rupa menjadi mantera pengobral khurafat. 

Kitab yang seharusnya jadi pedoman bagi yang hidup, menjadi sekadar kitab yang dibaca bila ada yang wafat. 
Kitab yang hanya sekadar pajangan di lemari buku, dan bukannya pegangan dalam berperilaku; yang ayat-ayatnya lebih mudah dijadikan hiasan untuk ditempel di dinding, ketimbang diresapi maknanya dan dilekatkan di dalam kalbu kita.







TUNTUNAN LENGKAP

Al Qur’an berisi tuntunan yang lengkap bagi kehidupan manusia. 

Sungguh menyedihkan bila ada Muslim yang mengambil buku lain sebagai tuntunan hidup tenang tenteram, padahal ia bisa mendapatkan yang jauh lebih sempurna di dalam Al Qur’an.

Hanya saja, Qur’an (seperti umumnya semua kitab suci agama manapun) bukanlah buku yang berisi teori-teori praktis dalam teknologi atau ilmu keduniawian. 
Karenanya perlu disadari, keberadaan agama Islam tidak dimaksudkan mengajarkan tata cara praktek pertanian, pengobatan, dan semacamnya. 
Hakekatnya selama ada kemauan, ilmu keduniawian dan teknologi bisa diraih siapa pun, baik beragama maupun tidak.

Perlu dimaklumi, ayat atau tuntunan Allah yang dihapuskan, dan digantikan dengan yang lebih baik, adalah kitab-kitab sebelumnya (Taurat, Zabur, Injil) yang digantikan dengan Al Qur’an. 
Tak ada ayat-ayat  Qur’an yang dihapuskan; masing-masing ayat Al Qur’an berfungsi sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.








KITAB-KITAB LAIN

Jika ada buku yang menceritakan kematian Putri Diana, dapat dipastikan penulisnya bukan Putri Diana. 
Mustahil orang yang sudah wafat bisa membuat atau menyampaikan buku hal ikhwal kematiannya sendiri.

Taurat yang ada sekarang menceritakan Nabi Musa As telah wafat, demikian pula Injil yang ada sekarang mengabarkan wafatnya Nabi Isa As
Bagaimana mungkin Taurat dan Injil yang kita kenal sekarang itu asli berasal dari Nabi Musa dan Nabi Isa. 
Mustahil orang yang sudah wafat menceritakan dirinya sendiri.


Kitab-kitab itu merupakan kisah tentang Nabi Musa As (Moses) dan Nabi Isa As (Jesus) yang dikarang orang lain. 
Yang namanya cerita karangan manusia, ada kemungkinan tercemar pemahaman penulisnya. 

Jadi, walau seorang Muslim wajib mengimani kepada semua kitab suci yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun Taurat dan Injil yang kita kenal sekarang bukanlah yang asli lagi.

Dibandingkan dengan hadits dalam agama Islam, validitas (derajat untuk bisa dipercaya) kitab-kitab itu jauh di bawah hadits-hadits Nabi Muhammad Saw yang kita kenal. 

Padahal, walau sudah melalui seleksi yang ketat sekalipun, ada orang menilai   --dan ini wajar saja--   beberapa isi hadis diragukan keotentikannya berasal dari Nabi Saw.





Catatan:
  • Allah yang menurunkan Al Qur’an, dan Allah pula yang menjaganya. Menjaga dari perubahan isinya dan dari perubahan fungsinya; terpelihara dari penambahan ataupun pengurangan walau hanya satu huruf pun. Juga terpelihara dari penyelewengan tujuan tuntunannya. Realitanya, tak ada satu kitab suci sebuah agama yang lebih sering dan lebih banyak dibaca (serta dihapal) oleh umatnya kecuali Al Qu’ran.
  • Tidak ada kewajiban bagi Muslim awam biasa seperti kita untuk membicarakan Qur’an itu makhluk atau bukan. Kewajiban kita hanyalah mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya.  Seharusnya kita bisa menyadari mana yang mesti diprioritaskan, mempraktekkan isinya atau sekadar meributkan bentuknya, yang berakibat timbulnya perselisihan yang tidak perlu.
  • Kadang terjadi penyalahtempatan dari sebuah pemahaman. Pemahaman bahwa Qur’an lebih mulia dari materi duniawi seperti emas, membuat orang mengutamakan [kitab] Qur’an sebagai mahar. Padahal dalam masalah nikah, maskawin yang paling utama berupa emas atau perhiasan yang bisa dipakai si mempelai wanita; Qur’an itu justru alternatif terakhir.
  • Tak ada ayat-ayat Qur’an yang bertentangan (kontradiksi, antagonis). Yang ada hanyalah ayat-ayat yang tampaknya bertentangan (paradoks), tapi sebetulnya tidak bertentangan; sebab tiap ayat sesuai dengan perkara yang dihadapinya. Penempatan ayat pada sikon yang tidak tepatlah yang menimbulkan kesalahpahaman. Karenanya, menghayati terjemahannya adalah lebih baik ketimbang tidak memahaminya sama sekali..





(Alfa Qr)

Tidak ada komentar: