Arti yang umum,
yang mudah dipahami oleh kita yang awam, hadis adalah riwayat yang berkaitan
dengan Nabi, baik berupa ucapan maupun perbuatan beliau, yang dikabarkan para
Sahabat ra dan dituturkan orang-orang terkemudian.
Sunah adalah pola hidup (perilaku, baik ucapan maupun perbuatan) Nabi Muhammad Saw yang dijadikan contoh.
Sunah adalah pola hidup (perilaku, baik ucapan maupun perbuatan) Nabi Muhammad Saw yang dijadikan contoh.
Untuk mengenali hadis soheh atau lemah, serta
tingkatannya (mutawatir, ahad, maushul, mursal, dsb.) seorang pakar harus
mengetahui ilmu hadis.
Sedangkan bagi kita yang awam, cukuplah dengan mengikuti hasil penelitian para pakar tersebut; tentu saja kita harus berusaha mengikuti yang benar-benar pakar terpercaya.
Sedangkan bagi kita yang awam, cukuplah dengan mengikuti hasil penelitian para pakar tersebut; tentu saja kita harus berusaha mengikuti yang benar-benar pakar terpercaya.
Demikian pula dengan kedudukan hadits itu
--berkaitan dengan penyampaian syareat atau tidak-- hanya yang benar-benar
pakar hadis yang bisa menjelaskannya dengan benar.
Di antara kaidah utama dari kesahihan hadis
adalah kemustahilan isi atau matan hadis bertentangan secara mutlak dengan Al
Qur’an, karena Qur’an yang merupakan wahyu Allah pasti terjaga kesuciannya.
Sementara pada hadis, karena berupa riwayat atau kabar yang disampaikan dari orang per orang, adanya perubahan susunan kalimat atau masuknya pemahaman (termasuk kepentingan si periwayat itu sendiri ke dalamnya) pada saat proses penyampaian atau transmisi periwayatan, bukanlah hal yang mustahil.
Harap dimaklum, ada perbuatan Nabi yang
disunnahkan, atau malah diwajibkan, yaitu yang berupa penjelasan dari perintah
dalam Qur’an yang tidak ada rinciannya (seperti salat, zakat, haji).
Ada pula
perbuatan Nabi yang tidak disunahkan untuk menirunya; karena hanya sekadar
kebiasaan (berpakaian, makan-minum, berjalan); sebagai kodrat manusia (ngantuk,
tidur); dan yang ‘dikhususkan’ kepada Nabi atau karena terkait dengan situasi
dan kondisi tertentu.
Jadi, yang dilakukan Nabi tanpa motivasi
sengaja (dalam syareat), seperti duduknya Nabi di suatu tempat yang sekadar
beristirahat, bukanlah suatu ketentuan yang wajib ditiru.
Begitu pun dalam masalah selera seseorang, tidak berarti menjadi sunah yang harus diikuti.
Bahwa Nabi menyukai daging
kambing, tidak berarti orang yang tidak suka daging kambing melawan sunah.
Atau
orang yang senang makan bawang putih, tidak boleh diartikan menentang Nabi,
hanya dikarenakan Nabi tidak menyukai bawang.
Termasuk yang bukan sunnah adalah semua yang
dilakukan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum masa kenabian, walaupun
perbuatan itu disengaja.
Contohnya, bertahanut di gua Hira.
Contohnya, bertahanut di gua Hira.
Karenanya, jika ada Muslim yang mencari ilham dengan cara bertapa di gua atau di tempat keramat, perbuatan ini menyimpang dari ajaran Islam.
Hendaknya dicamkan, tempat itikaf seorang Muslim adalah di
masjid; bukan di gua, bukan di kuburan,
bukan di tempat keramat.
HARUS BISA MEMISAHKAN ANTARA HADIS DAN DONGENG
Situasi dan kondisi yang berlainan memungkinkan terjadinya perbedaan
pemahaman atas suatu hadis, malah dalam menerima atau menolak hadis.
Terlebih dengan adanya dongeng yang dikira hadis, yang dilansir orang tak bertanggungjawab, seperti kaum zindik, atheis maupun orientalis.
Terlebih dengan adanya dongeng yang dikira hadis, yang dilansir orang tak bertanggungjawab, seperti kaum zindik, atheis maupun orientalis.
Seratus atau limapuluh tahun yang silam,
dongeng tentang langit pertama yang terbikin dari perak murni dengan
bintang-bintang yang digantungkan dengan rantai-rantai emas (ini jelas bukan
kiasan atau perumpamaan, dan tidak bisa ditafsirkan lain melainkan sesuai
bunyi zahir kalimat), bisa saja disambut dengan mulut terperangah penuh
kekaguman dan diterima dengan penuh keyakinan.
Namun bila diceritakan sekarang,
saat pesawat ruang angkasa sudah melanglang ke Mars dan Jupiter, dongeng
tersebut disambut dengan senyum sinis oleh pendengarnya.
Salahkah perilaku orang-orang terdahulu?
Tidak.
Situasi dan kondisi masa itu memungkinkan untuk diterimanya dongeng
semacam itu.
Mereka mengkhayalkan bintang dan benda langit lainnya serupa dalam mitos Yunani atau Romawi, semacam dongeng Icarus yang sayapnya meleleh karena terbang terlalu dekat ke matahari.
Mereka mengkhayalkan bintang dan benda langit lainnya serupa dalam mitos Yunani atau Romawi, semacam dongeng Icarus yang sayapnya meleleh karena terbang terlalu dekat ke matahari.
Banyak dongeng-dongeng, yang dikira hadis,
yang isinya terpasung khayal mitologi seperti itu; yang wajar saja dipercayai
Muslim zaman baheula, tapi sama
sekali tidak untuk Muslim zaman sekarang.
Kita, Muslim awam biasa, patut berterimakasih kepada
para ulama (semoga balasan pahala dan rahmat Allah senantiasa melimpahi mereka)
yang telah bekerja keras meneliti, memilah, memisah-misahkan, sampai dengan
mengelompokkan hadits shahih dan lemah sendiri-sendiri; disertai dengan
penjelasannya.
Sehingga, untuk mengetahui kebenaran suatu hadis, kita cukup membaca buku buah tangan para pakar hadis tersebut.
Sehingga, untuk mengetahui kebenaran suatu hadis, kita cukup membaca buku buah tangan para pakar hadis tersebut.
Sebagai pegangan, selama tidak menentukan
hukum --berkaitan dengan perintah wajib dan larangan haram-- hadis lemah bisa saja dipakai sekadar nasihat
pada kebaikan.
Contohnya, ada yang beranggapan bahwa anjuran ‘tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’ bukan berasal dari Nabi Saw.
Namun disebabkan ungkapan tersebut tidak berkaitan dengan masalah peribadatan dan akidah Islam --dan kalimat tersebut sesuai dengan tuntunan Islam yang menganjurkan kaum Muslimin untuk menuntut ilmu-- maka ungkapan serupa itu tidaklah salah untuk disampaikan.
Sedangkan cerita dongeng yang tak bermanfaat, dan condong kepada hal yang takhayul, harus disingkirkan.
Catatan:
- Ada satu pengertian yang sudah terbiasa selama ini bahwa yang dimaksud sunah adalah hadis Nabi yang harus diikuti, yang bukan sunah adalah hadis Nabi yang tidak mengikat untuk diikuti. Sedangkan definisi baru yang lebih ngetren sekarang, sunnah dibagi dua jenis: Sunnah yang berkaitan dengan penyampaian risalah agama, dan sunnah yang tidak berkaitan dengan penyampaian risalah agama.
(Alfa Qr)
TULISAN DI BLOG BEBAS MERDEKA PISAN, BEBAS UNTUK DICOPY, DIPRINT, DIBAGIKAN, DAN DISEBARLUASKAN..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar